Minggu, 31 Maret 2013

hipoglikemia



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hipoglikemia dapat bersifat sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena kurangnya depot glikogen dihati atau menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino. Pada hipoksia, pembentukan energy dari glukosa menurun dengan akibat kerusakan neuron.hipoglikemi dapat terjadi  pada bayi dari ibu penderita diabetes mellitus, pada BBLR,  dismaturitas dan bayi dengan penyakit umum yang berat seperti sepsis, meningitis, dan sebagainya.
Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk mencegah hal yan tidak diinginkan pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Maka dari itu perlu diperhtikan pula riwayat ibu saat kehamilan serta pada kehamilan yang lalu.
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah. Terdapat teknik baru untuk menguji keadaan hipoglikemi, seperti menggunakan penganalisa oksidase glukosa atau optical bedside glucose analyzer (mis One Touch). Teknik ini lebih bermakna untuk tujuan skrining di ruang rawat karena interpretasi warna terkadang tidak subjektif. Pada praktik klinik, bayi dengan kadar glukosa kurang dari 40 mg/dL memerlukan intervensi. Juga untuk menilai glukosa plasma < 20 hingga 25 mg/dL harus diterapi dengan pemberian glukosa per parenteral tanpa mempertimbangkan usia atau masa gestasi.
Munculonya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bagi. Gejala biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam setelah kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat. Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau lebih adalah hasil yang diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan, usia gestasi atau faktor predisposisi lainnya. Manifestasi klinis sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia, pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau kurang minum ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah, hipotermia, diaporesis atau aktivitas kejang neonatus. Jika bayi hipiglikemia dibiarkan tidak mendapat terapi dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental.
Terkait dengan hal tersebut, maka penulis menyusun makalah ini guna memberikan pengetahuan mengenai persoalan hipoglikemia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari hipoglikemia?
2.      Apa saja penyebab hipoglikemia?
3.      Apa etiologi dari hipoglikemia?
4.      Bagaimana penatalaksanaannya pada hipoglikemia?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari hipoglikemia.
2.      Untuk mengetahui apa saja penyebab hipoglikemia.
3.      Untuk mengetahui etiologi dari hipoglikemia.
4.      Untuk mengatahui bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan . pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada tabel

Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
Kelompok Umur
Glokuse <mg/dl
Darah Plasma/serum
Bayi/anak
Neonatus
* BBLR/KMK
* BCB
0 - 3 hr
3 hr
<40 mg/100 ml

<20 mg/100 ml

<30 mg/100 ml
<40 mg/100 ml
<45 mg/100 ml

<25 mg/100 ml

<35 mg/100 ml
<45 mg/100 ml




Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat simptomatik, yaitu hipoglikemia yang disertai gejala neurologis dan gejala tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa, tetapi kerusakan otak masih mungkin terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Pada hipoglikemia berat gejala menyarupai asfiksia. Pada bai baru lahir dengan kejang atau jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix berulang.

B.     TIPE-TIPE HIPOGLIKEMIA
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1.    Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2.    Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
3.    Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4.    Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme insulin terganggu.



C.     Penyebab
1.    Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2.    Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3.    Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4.    Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
5.    Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6.    Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7.    Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8.    Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9.    Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

D.    Faktor Resiko
  • Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
  • Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
  • Bayi prematur dan lebih bulan
  • BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh
  • Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori
  • Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
  • Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen, intoleransi glukosa)
  • Neonatus puasa
  • Neonatus dengan polisitemia
  • Neonatus dengan eritroblastosis
  • Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

E.     Etiologi
Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
1) Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan
Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse”).Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsang ambilan glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.
Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”).
Kelainan ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat tinggi
Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase
Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal
Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidism
2) Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
a) Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik)
Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya glukoneogenesis
b) Kelainan pada produksi glukosa hepar,
Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan,
c) defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.
Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat penting adalah diagnosis din
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.

Berikut ini adalah penyebab hipoglikemia pada anak:
A. Hiperinsulinisme
1. Tumor sel beta
2. Adenomatosis sel beta
3. Nesidioblastosis
4. Hiperplasia sel beta
a. Dalam hubungannya dengan hipopituitarisme
b. Bayi dari ibu diabetes melitus
c. Bayi yang menderita eritroblastosis fetalis
d. Beckwith syndrome
e. Leprechaunism
f. Kausa tidak dilcetahui
5. Teratoma yang mengandung jaringan pankreas
6. Defek fungsi sekretori sel beta
B. Defisiensi enzim hati
1. Glukose 6 fosfatase
2. Amilo 1 - 6 glukosidase
3. Sistem fosforilase
4. Sintetase untuk glikogen
5. Fruktose 1 fosfat aldolase
6. Fruktose 1 - 6 difosfatase
7. Piruvat karboksilase
8. Defisiensi fosfoenolpiruvat karboksikinase
9. Galaktose 1 fosfat uridil transferase
10. Branched chain amino acid abnormalities
C. Defisiensi endokrin
1. Kelenjar hipofise
a. Defisiensi hormon pertumbuhan (GH)
b. Defisiensi ACTH
c. Panhipopituitarisme ­ hipoinsulinisme ­ hiperinsulinisme
2. Kelenjar adrenalin
a. Penyakit Addison
b. Hipoplasia adrenal bawaan
c. Hiperplasia adrenal bawaan
d. Defisiensi familial glukokortikoid
e. Adrenal medullary unresponsiveness
3. Defisiensi glukagon
D. Hipoglikemia ketosis
E. Obat dan toksin
1. Etil alkohol
2. Salisilat
3. Sulfonilurea
4. Propanolol
5. Jamaican vomiting sickness
F. Lain-lain
1. Kerusakan hati
a. Reye syndrome
b. Leukemia
2. Malabsorpsi
3. Renal glucosuria
4. Malnutrisi, kwashiorkor, diet rendah fenilalanin
5. Neoplasma di luar pankreas

Hipoglikemia pada neonatus bisa disebabkan oleh penyebab-penyebab di atas, namun bila hipoglikemia neonatus tadi berulang/menetap, dapat dipikirkan penyebab sebagai berikut:
A.  Hormon Excess-hyperinsulinsm
1.   Exomphalos, macroglossia, gigantism syndrome of Beckwith Wiedemann
2. "Infant giants"
3.  Kelainan patologik sel beta :
a. Adenoma
b. Nesidioblastosis
c. Hiperplasia
d. Leucine or other amino acid sensitivity
B. Defisiensi hormonal Aplasia atau hipoplasia kelenjar hipofisedengan defisiensi hormon multipel
C. Defek metabolisme karbohidrat heriditer
1. Glycogen storage disease, Type I
2. Intolerans fruktose
3. Galaktosemia
4. Defisiensi sintetase glikogen
5. Defisiensi fruktose 1 - 6 difosfatase
D. Defek metabolisms asam amino herediter
1. Maple syrup urine disease
2. Asidemia metilmalonik
3. Asidemia propionik
4. Tirosinosis

Hipoglikemia neonatus dapat disebabkan oleh penyakit/kelainan penyerta, seperti:
1. Patologik susunan saraf pusat (defek bawaan, infeksi intra uterin
2. atau perinatal, perdarahan atau kernikterus)
3. Sepsis
4. Hydrops fetalis
5. Kelainan jantung bawaan
6. Asfiksia
7. Anoksia
8. Perdarahan kelenjar adrenalin
9. Hipotiroidismc
10. Kelainan bawaan multipel
11. Tetanus neonatorum
12. Cold injury
13. Pasca transfusi tukar
14. Obat-obat yang diberikan kepada ibu
15. Penghentian tiba-tiba pemberian glukose hipertonik parenteral.

F.      Patofisiologi
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.
a.       dehidrasi
b.      kehilangan elektrolit
c.       asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran. ( Smeltzer. 2001 ).
G.    MANIFESTASI KLINIS
     Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase yaitu
a.       Fase  I : gejala-gejala aktivas pusat autonom dan hipotalamus sehingga          hormon epinefrin di lepaskan, gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b.      Fase II: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,karena itu di namakan gejala neurologist.
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997 :  603).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang ketoasidosis,meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok ketergantungan insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan manifestasinya adalah lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak jelas sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang sampai orang tersebut tidak menyadari apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak mampu untuk mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia akibat insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang setidaknya dapat memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga meskipun pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam beberapa menit setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional (kemungkinan secara psikologis) tetap terguncang selama beberapa jam atau bahkan selama beberapa hari setelah reaksi insulin. Akhirnya dalam kondisi hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan fatal.(Ester,2000:464).
Di kutip dari Karen Bruke 2005 :1478 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi klinis yang  meliputi:

-          Lapar        
-          Mual-muntah
-          Pucat,kulit dingin
-          Sakit kepala
-          Nadi cepat
-          Hipotensi
-          Irritabilitas

Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral
4.      Sakit kepala
-          Koma
-          Kesulitan dalam berfikir
-          Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi
-          Perubahan dalam sikap emosi

H.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. (Mansjoer A 1999: 604)
Di kutip dari www.medicare.com ada berbagai pemeriksaan penunjang meliputi :
a.       perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya (48-72 jam) setelah pengawasan puasa.
b.      Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam PP)
c.       Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
d.      Tes ini juga mencari tes pancreas atau penyakit endokrin.

I.               PENATALAKSANAAN
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

J.    Pengobatan Hipoglikemia
*      Neonatus
a)   Hipoglikemia asimptomatik
Jika pemeriksaan uji dextrostix menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorik. Bila hasil pemeriksaan laboratorik juga menunjukkan kadar gula rendah (hipoglikemia), diberikan infus gltikose 6-8mg/kg BB/menit sampai kadar glucose darah menjadi normal.

b)   Hipoglikemia simptomatik
Bila klinik dan uji dextrostix menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral bukan merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa diberikan selama terpasang infus glukose. Jika pemeriksaan laboratorik menunjukkan hipoglikemia dan gejala hilang sesudah pemberian glukose IV, ini membuktikan adanya hipoglikemia simptomatik. Pengobatan dilanjutkan dengan glukose parenteral 8 ­ 10 mg/kg BB/ menit. Makanan rikan NaCl (2-3 meq)/kgBB/hari sesudah 12 jam untuk mencegah hiponatremia. Dua puluh empat jam kemudian diberikan KC1 1-2 meq/kgBB/hari. Kadar gula darah dipantau setiap 4-6 jam sampai kadar gula darah tetap normal. Selanjutnya glucose hipertonik ini secara perlahan-lahan dikurangi kecepatan tetesannya (10­8­6­4 mg/kgBB/menit) dengan larutan glukose 5% untuk mencegah reaksi hipoglikemia.
Pengobatan glukose parenteral ini biasa diperlukan 48­72 jam. Penderita semacam ini berjumlah 15% kasus dan disebut hipoglikemia simptomatik transient.

c ) Hipoglikemia neonatus menetap/berulang
Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala kliniknya menetap/berulang meskipun sudah diberikan glukose IV 12-16 mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil darah 5-10 cc sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih dari .1 mg).



*      Bayi
Makan makanan hidrat arang yang sering telang digunakan dengan hasil bervariasi. Sekarang telang digunakan pengobatan dengan pemberian makanan melalui naso gastric drips. Kurang lebih 1/3 dari energi total sehari diberikan dalam bentuk glukose dengan kecepatan 46 mg/kgBB/menit selama malam hari dengan menggunakan pompa otomatis. Makanan pagi harinya harus diberikan sebelum sonde dicabut. Pengobatan ini akan memperbaiki asidosis kronis, zat-zat kimia darah menjadi normal, perdarahan hidung berhenti, mengecilnya hepatomegali dan diikuti dengan percepatan pertumbuhan.

*      Anak
Hipoglikemi Akietosis :Pengobatan dasar dan penyakit ini terdiri atas tindakan sederhana menghindari puasa lebih dari 1 jam dan hindari penyebab-penyebab muntah. Jika hal ini tidak mungkin maka dapat dilakukan pencegahan dengan minum air gula (air jeruk manis) pada malam hari selama beberapa tahun sampai anak mencapai umur kurang lebih 8 tahun.
Dalam keadaan serangan hipoglikemia diberikan segera 1-2 ml glukose 50%/kgBB IV, dilanjtkan dengan infuse glukose 10%. Diet tinggi protein tinggi hidrat arang dengan pemberian 4-5 kali/hari.

K.   . Prognosis Hipoglikemia
Jika tidak diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada setiap golongan umur.
Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat
a) Hipoglikemia neonatus
Berdasarkan tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan:
1.               Hipoglikemia transisional
                        Prognosisnya baik dan tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia perinatal. Tidak ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas bayi. Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20 mg/100 ml.
2.               Hipoglikemia sekunder
                        Mortalitas neonatus pada kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya. Bayi yang menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya, tetapi lebih banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya.
3.               Hipoglikemia transien
                        Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi tersebut seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK sendiri, demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan ganggguan mental, perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada hubungannya dengan hipoglikemia.
                        Pada penelitian prospektif dengan menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang diamati sampai umur 7 tahun ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi tidak ada cacat nerologik yang berat.
4.               Hipoglikemia berat (berulang)
Keompok ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai masalah tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya.
·         Defisiensi hormon multipel (hipopituitarisme bawaan)
Sering kali disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari pertama, nampaknya akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang dilaporkan 2/3 meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5 antara umur 2 bulan sampai 17 tahun). Beberapa di antaranya yang hidup menunjukkan gejala retardasi.
Prognosis terhadap perkembangannya tergantung dari adanya defisiensi hormon-hormon lainnya dan berhasilnya pengobatan substitusi.
·         Kelebihan hormon (hiperinsulinisme)
Pada sindroma Beckwith Wiedemann, retardasi mental kemungkinan disebabkan oleh H yang tidak diobati, meskipun dengan pengobatan adekuat prognosis masih meragukan, sebab adanya anomali multipel yang menyertainya.
·         Infant giants (Foetopathia Diabetica) : Biasanya memperlihatkan hipoglikemia berat dan tidak ada respon terhadap pengobatan medikamentosadan memerlukan pankreatektomi total. Mereka yang hidupo biasanya memperlihatkan retardasi perkembangan yang sedang atau berat.
·         Adenma sel beta : Pada penderita yang diamati, bayi-bayi yang hidup menunjukkan perawakan yang relatif pendek tetapi ada yang menderita diabetes dan beberapa diantaranya memperlihatkan gangguan neurologik sedang atau berat, gangguan mental dan sering kali dengan kejang-kejang. Maka, penting diagnosis dini dan tindakan bedah yang segera.
·         Gangguan metabolisme hidrat arang: prognosis tergantung darimana masing-masing penyebabnya, misalnya hipoglikemia bisa fatal pada hari pertama, untuk glycogen strorage disease.
·         Gangguan metabolisme asam amino yang disertai hipoglikemia, misalnya: Maple syrup urine disease, asidemiametilmalok. Masing-masing mempunyai pragnosis yang meragukan.

b.)              Bayi/Anak
Hipogikemia tergantung dari etiologinya, cenderung kurang berat pada bayi yang lebih tua dan anak. Tetapi dapat berakibat gangguan kepribadian kelainan pelaku dan kelainan nerologik. Nampaknya terdapat kepekaan umur khusus pada Hipogikemia ketosis yang dimulai pada umur 9 ­ 12 bulan dan mencapai puncaknya pada umur 18 ­ 30 bulan, kemudian sembuh sendiri pada umur 4-7 tahun atau 9-10 tahun.
Adenoma sel beta frekuensi meningkat sesudah masa neonatus yaitu pada umur 5-15 tahun. Prognosisnya dapat digambarkan sebagai berikut: anak-anak yang diobati secara bedah 1 meninggal karena tindakan operasi, 1 menderita DM yang memerlukan insulin, 1 hanya memerlukan insulin selama 28 hari dan 8 mempunyai sekuele nerologik maupun kepribadian dan tingkah laku. Empat belas anak (56%) sembuh sempurna.

L.   ASUHAN KEBIDANAN
1. Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi.
Rencana tindakan:
- Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
- Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
- Monitor vital sign
- Monitor kesadaran
- Monitor tanda gugup, irritabilitas
- Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
- Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
- Cek BB setiap hari
- Cek tanda-tanda infeksi
- Hindari terjadinya hipotermi
- Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
- Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.

Rencana tindakan:
- Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
- Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan bersih atau steril
- Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi saluran nafas.
- Perhatikan kondisi feces bayi
- Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
- Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
- Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur.
3. Resiko Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan pengeluaran keringat.
Rencana tindakan:
- Cek intake dan output
- Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
- Cek turgor kulit bayi
- Kaji intoleransi minum bayi
- Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI
5.    Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot.
Rencana tindakan:
- Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
- Lakukan fisiotherapi
- Ganti pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor dan basah.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
            Penyebab hipoglikemia yaitu  dosis suntikan insulin terlalu banyak, lupa makan atau makan terlalu sedikit, aktifitas terlalu berat, minum alkohol tanpa disertai makan, menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari, penebalan di lokasi suntikan, kesalahan waktu pemberian obat dan makanan, penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa, gangguan hormonal, pemakaian aspirin dosis tinggi, riwayat hipoglikemia sebelumnya.
            Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

B.     Saran.
·         Kepada klien agar lebih mengetahui tentang hipoglikemi baik pengertian maupun gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda gejala hipoglikemi tersebut maka klien segera ke tempat pelayanan kesehatan.
·         Kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila menemui kasus hipoglikemi, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
·         Kepada pembaca agar memahami apa itu hipoglikemi dan pencegahan yang dapat di lakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.




Tidak ada komentar: