BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hipoglikemia dapat bersifat
sementara akibat kekurangan produksi glukosa karena kurangnya depot glikogen
dihati atau menurunnya glukoneogenesis lemak dan asam amino. Pada hipoksia,
pembentukan energy dari glukosa menurun dengan akibat kerusakan
neuron.hipoglikemi dapat terjadi pada bayi dari ibu penderita diabetes
mellitus, pada BBLR, dismaturitas dan bayi dengan penyakit umum yang
berat seperti sepsis, meningitis, dan sebagainya.
Banyak yang harus diperhatikan pada bayi baru lahir, untuk
mencegah hal yan tidak diinginkan pada bayi dalam awal-awal kehidupannya. Maka
dari itu perlu diperhtikan pula riwayat ibu saat kehamilan serta pada kehamilan
yang lalu.
Hipoglikemia
ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah. Terdapat teknik baru untuk
menguji keadaan hipoglikemi, seperti menggunakan penganalisa oksidase glukosa
atau optical bedside glucose analyzer (mis One Touch). Teknik ini lebih
bermakna untuk tujuan skrining di ruang rawat karena interpretasi warna
terkadang tidak subjektif. Pada praktik klinik, bayi dengan kadar glukosa
kurang dari 40 mg/dL memerlukan intervensi. Juga untuk menilai glukosa plasma
< 20 hingga 25 mg/dL harus diterapi dengan pemberian glukosa per parenteral
tanpa mempertimbangkan usia atau masa gestasi.
Munculonya
gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bagi. Gejala biasanya
muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam setelah
kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat.
Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau lebih
adalah hasil yang diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan, usia gestasi
atau faktor predisposisi lainnya. Manifestasi klinis sangat beragam yaitu
mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia, pernapasan
tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau kurang minum
ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah, hipotermia, diaporesis atau
aktivitas kejang neonatus. Jika bayi hipiglikemia dibiarkan tidak mendapat
terapi dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental.
Terkait dengan hal tersebut, maka
penulis menyusun makalah ini guna memberikan pengetahuan mengenai persoalan
hipoglikemia.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dari hipoglikemia?
2.
Apa
saja penyebab hipoglikemia?
3.
Apa
etiologi dari hipoglikemia?
4.
Bagaimana
penatalaksanaannya pada hipoglikemia?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari hipoglikemia.
2.
Untuk
mengetahui apa saja penyebab hipoglikemia.
3.
Untuk
mengetahui etiologi dari hipoglikemia.
4.
Untuk
mengatahui bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Hipoglikemia ialah suatu
penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa
serum yang rendah. Keadaan
ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen
oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Definisi hipogikemia pada
anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan . pendapat dari
beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada tabel
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk
diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak :
Kelompok
Umur
|
Glokuse
<mg/dl
|
Darah
Plasma/serum
|
Bayi/anak
Neonatus
*
BBLR/KMK
*
BCB
0
- 3 hr
3
hr
|
<40
mg/100 ml
<20
mg/100 ml
<30
mg/100 ml
<40
mg/100 ml
|
<45
mg/100 ml
<25
mg/100 ml
<35
mg/100 ml
<45
mg/100 ml
|
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa
serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
dibawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau
pembacaan strip reagen oxidasi glukosa darah. Hanya 20% hipoglikemia bersifat
simptomatik, yaitu hipoglikemia yang disertai gejala neurologis dan gejala
tersebut akan hilang setelah pemberian glukosa, tetapi kerusakan otak masih
mungkin terjadi dan gejala akan terlihat kemudian. Pada hipoglikemia berat
gejala menyarupai asfiksia. Pada bai baru lahir dengan kejang atau jitteriness
hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix berulang.
B. TIPE-TIPE
HIPOGLIKEMIA
Type
hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
1. Transisi dini neonatus ( early
transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun normal yang mengalami
kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic
transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami
kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu
respon stress dari neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang
memerlukan banyak cadangan glikogen.
4. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh
adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme insulin terganggu.
C.
Penyebab
1.
Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat
menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik
sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak
dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang
disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula
darah sendiri.
2.
Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita
diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam
darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda
konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3.
Aktifitas terlalu berat.
Olah
raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat
anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga
kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara
terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4.
Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol
menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
5.
Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan
diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes
pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah
mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari
maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6.
Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan
bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan
setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama
akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.
7.
Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap
tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda
harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau
diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8.
Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa
penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh
usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan
dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa
darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9.
Gangguan hormonal.
Orang
dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini
berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian
kadar gula darah menjadi terganggu.
10.
Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin
dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11.
Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia
yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu.
Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan
mengalami hipoglikemia lagi.
D. Faktor Resiko
- Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
- Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
- Bayi prematur dan lebih bulan
- BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh
- Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori
- Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
- Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen, intoleransi glukosa)
- Neonatus puasa
- Neonatus dengan polisitemia
- Neonatus dengan eritroblastosis
- Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker
E. Etiologi
Secara garis besar hipoglikemia
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa
berlebihan dan produksi glukosa kurang.
1) Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan
Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse”).Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsang ambilan glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.
Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”).
Kelainan ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat tinggi
Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase
Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal
Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidism
2) Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
a) Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik)
Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya glukoneogenesis
b) Kelainan pada produksi glukosa hepar,
Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan,
c) defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.
Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat penting adalah diagnosis din
1) Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan
Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse”).Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsang ambilan glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis.
Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”).
Kelainan ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat tinggi
Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase
Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal
Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidism
2) Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa
a) Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik)
Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya glukoneogenesis
b) Kelainan pada produksi glukosa hepar,
Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan,
c) defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder.
Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat penting adalah diagnosis din
Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan mekanisme kontrol pada metabolisme glukose, antara lain : inborn erors of metabolism, perubahan keseimbangan endokrin dan pengaruh obat-obatan maupun toksin.
Berikut ini adalah penyebab hipoglikemia pada anak:
A.
Hiperinsulinisme
1.
Tumor sel beta
2.
Adenomatosis sel beta
3.
Nesidioblastosis
4.
Hiperplasia sel beta
a.
Dalam hubungannya dengan hipopituitarisme
b.
Bayi dari ibu diabetes melitus
c.
Bayi yang menderita eritroblastosis fetalis
d.
Beckwith syndrome
e.
Leprechaunism
f.
Kausa tidak dilcetahui
5.
Teratoma yang mengandung jaringan pankreas
6.
Defek fungsi sekretori sel beta
B.
Defisiensi enzim hati
1.
Glukose 6 fosfatase
2.
Amilo 1 - 6 glukosidase
3.
Sistem fosforilase
4.
Sintetase untuk glikogen
5.
Fruktose 1 fosfat aldolase
6.
Fruktose 1 - 6 difosfatase
7.
Piruvat karboksilase
8.
Defisiensi fosfoenolpiruvat karboksikinase
9.
Galaktose 1 fosfat uridil transferase
10.
Branched chain amino acid abnormalities
C.
Defisiensi endokrin
1.
Kelenjar hipofise
a.
Defisiensi hormon pertumbuhan (GH)
b.
Defisiensi ACTH
c.
Panhipopituitarisme hipoinsulinisme hiperinsulinisme
2.
Kelenjar adrenalin
a.
Penyakit Addison
b.
Hipoplasia adrenal bawaan
c.
Hiperplasia adrenal bawaan
d.
Defisiensi familial glukokortikoid
e.
Adrenal medullary unresponsiveness
3.
Defisiensi glukagon
D.
Hipoglikemia ketosis
E.
Obat dan toksin
1.
Etil alkohol
2.
Salisilat
3.
Sulfonilurea
4.
Propanolol
5.
Jamaican vomiting sickness
F.
Lain-lain
1.
Kerusakan hati
a.
Reye syndrome
b.
Leukemia
2.
Malabsorpsi
3.
Renal glucosuria
4.
Malnutrisi, kwashiorkor, diet rendah fenilalanin
5.
Neoplasma di luar pankreas
Hipoglikemia pada neonatus bisa disebabkan oleh
penyebab-penyebab di atas, namun bila hipoglikemia neonatus tadi
berulang/menetap, dapat dipikirkan penyebab sebagai berikut:
A. Hormon Excess-hyperinsulinsm
1.
Exomphalos, macroglossia, gigantism
syndrome of Beckwith Wiedemann
2.
"Infant giants"
3. Kelainan patologik sel beta :
a.
Adenoma
b.
Nesidioblastosis
c.
Hiperplasia
d.
Leucine or other amino acid sensitivity
B.
Defisiensi hormonal Aplasia atau
hipoplasia kelenjar hipofisedengan defisiensi hormon multipel
C.
Defek metabolisme karbohidrat heriditer
1.
Glycogen storage disease, Type I
2.
Intolerans fruktose
3.
Galaktosemia
4.
Defisiensi sintetase glikogen
5.
Defisiensi fruktose 1 - 6 difosfatase
D.
Defek metabolisms asam amino herediter
1.
Maple syrup urine disease
2.
Asidemia metilmalonik
3.
Asidemia propionik
4.
Tirosinosis
Hipoglikemia neonatus dapat disebabkan oleh
penyakit/kelainan penyerta, seperti:
1.
Patologik susunan saraf pusat (defek bawaan, infeksi intra uterin
2.
atau perinatal, perdarahan atau kernikterus)
3.
Sepsis
4.
Hydrops fetalis
5.
Kelainan jantung bawaan
6.
Asfiksia
7.
Anoksia
8.
Perdarahan kelenjar adrenalin
9.
Hipotiroidismc
10.
Kelainan bawaan multipel
11.
Tetanus neonatorum
12.
Cold injury
13.
Pasca transfusi tukar
14.
Obat-obat yang diberikan kepada ibu
15.
Penghentian tiba-tiba pemberian glukose hipertonik parenteral.
F. Patofisiologi
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin
atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis
yang penting pada diabetes ketoasidosis.
a.
dehidrasi
b.
kehilangan elektrolit
c.
asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati
menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam
upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan
mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria)
ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan
sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24
jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak
(liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di
ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi
produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin
yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton
bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun,
sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah
menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja
dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup
ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain
untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup
perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari
tidur atau bahkan kehilangan kesadaran. ( Smeltzer. 2001 ).
G.
MANIFESTASI
KLINIS
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase yaitu
a.
Fase I : gejala-gejala aktivas pusat autonom dan hipotalamus
sehingga hormon epinefrin
di lepaskan, gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien masih
sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia
lanjut.
b.
Fase II: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi
otak,karena itu di namakan gejala neurologist.
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya
gangguan fungsi otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi
otak subliminal, di samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien
langsung jauh pada fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya
kewaspadaan, yaitu akut dan kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT
I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat mendekati normal, adanya
neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM, dan menggunakan
beta bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya
irreversible dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple,
yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari
50 mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan
berkepanjangan adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien
telah lama menderita DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade
farmakologik (beta bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat
anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997 : 603).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum
ketimbang ketoasidosis,meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada
kelompok ketergantungan insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih
cepat dan manifestasinya adalah lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara
yang tidak jelas sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang sampai orang
tersebut tidak menyadari apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak
mampu untuk mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia
akibat insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang
setidaknya dapat memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga
meskipun pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam
beberapa menit setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional
(kemungkinan secara psikologis) tetap terguncang selama beberapa jam atau
bahkan selama beberapa hari setelah reaksi insulin. Akhirnya dalam kondisi
hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan
otak permanen dan bahkan fatal.(Ester,2000:464).
Di
kutip dari Karen Bruke 2005 :1478 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi
klinis yang meliputi:
-
Lapar
-
Mual-muntah
-
Pucat,kulit dingin
-
Sakit kepala
-
Nadi cepat
-
Hipotensi
-
Irritabilitas
Manifestasi
sebab perubahan fungsi serebral
4.
Sakit kepala
-
Koma
-
Kesulitan dalam berfikir
-
Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi
-
Perubahan dalam sikap emosi
H. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan
dekstrosa. (Mansjoer A 1999: 604)
Di
kutip dari www.medicare.com ada berbagai pemeriksaan penunjang meliputi
:
a.
perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya
(48-72 jam) setelah pengawasan puasa.
b. Tes
bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam
PP)
c.
Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
d. Tes
ini juga mencari tes pancreas atau penyakit endokrin.
I.
PENATALAKSANAAN
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit
setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa)
maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering
mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa
tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang
konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula
diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya
roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa
intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki
resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui
pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan
insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering
makan dalam porsi kecil.
J.
Pengobatan Hipoglikemia
Neonatus
a)
Hipoglikemia asimptomatik
Jika pemeriksaan uji dextrostix
menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan oleh pemeriksaan
laboratorik. Bila hasil pemeriksaan laboratorik juga menunjukkan kadar gula
rendah (hipoglikemia), diberikan infus gltikose 6-8mg/kg BB/menit sampai kadar
glucose darah menjadi normal.
b)
Hipoglikemia simptomatik
Bila klinik dan uji dextrostix
menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh pemeriksaan
laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral bukan
merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa
diberikan selama terpasang infus glukose. Jika pemeriksaan laboratorik
menunjukkan hipoglikemia dan gejala hilang sesudah pemberian glukose IV, ini
membuktikan adanya hipoglikemia simptomatik. Pengobatan dilanjutkan dengan
glukose parenteral 8 10 mg/kg BB/ menit. Makanan rikan NaCl (2-3
meq)/kgBB/hari sesudah 12 jam untuk mencegah hiponatremia. Dua puluh empat jam
kemudian diberikan KC1 1-2 meq/kgBB/hari. Kadar gula darah dipantau setiap 4-6
jam sampai kadar gula darah tetap normal. Selanjutnya glucose hipertonik ini
secara perlahan-lahan dikurangi kecepatan tetesannya (10864 mg/kgBB/menit)
dengan larutan glukose 5% untuk mencegah reaksi hipoglikemia.
Pengobatan glukose parenteral ini biasa
diperlukan 4872 jam. Penderita semacam ini berjumlah 15% kasus dan disebut
hipoglikemia simptomatik transient.
c )
Hipoglikemia neonatus menetap/berulang
Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala
kliniknya menetap/berulang meskipun sudah diberikan glukose IV 12-16
mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil darah 5-10 cc
sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih
dari .1 mg).
Bayi
Makan makanan hidrat
arang yang sering telang digunakan dengan hasil bervariasi. Sekarang telang
digunakan pengobatan dengan pemberian makanan melalui naso gastric drips. Kurang lebih 1/3 dari energi total sehari
diberikan dalam bentuk glukose dengan kecepatan 46 mg/kgBB/menit selama malam
hari dengan menggunakan pompa otomatis. Makanan pagi harinya harus diberikan
sebelum sonde dicabut. Pengobatan ini akan memperbaiki asidosis
kronis, zat-zat kimia darah menjadi normal, perdarahan hidung berhenti,
mengecilnya hepatomegali dan diikuti dengan percepatan pertumbuhan.
Anak
Hipoglikemi Akietosis
:Pengobatan dasar dan penyakit ini terdiri atas tindakan sederhana menghindari
puasa lebih dari 1 jam dan hindari penyebab-penyebab muntah. Jika hal ini tidak
mungkin maka dapat dilakukan pencegahan dengan minum air gula (air jeruk manis)
pada malam hari selama beberapa tahun sampai anak mencapai umur kurang lebih 8
tahun.
Dalam keadaan serangan
hipoglikemia diberikan segera 1-2 ml glukose 50%/kgBB IV, dilanjtkan dengan
infuse glukose 10%. Diet tinggi protein tinggi hidrat arang dengan pemberian
4-5 kali/hari.
K.
. Prognosis Hipoglikemia
Jika tidak
diobati, Hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian
pada setiap golongan umur.
Pada neonatus
prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejala-gejala klinik dan kelainan
patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan
pengobatan yang adekuat
a) Hipoglikemia neonatus
Berdasarkan
tingkat beratnya Hipoglikemia neonatus dapat digolongkan:
1. Hipoglikemia transisional
Prognosisnya baik dan
tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia perinatal. Tidak
ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas bayi.
Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20 mg/100 ml.
2. Hipoglikemia sekunder
Mortalitas neonatus pada
kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya. Bayi yang menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya,
tetapi lebih banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya.
3. Hipoglikemia transien
Bayi yang termasuk dalam
kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi tersebut seringkali pada
BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK sendiri,
demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan ganggguan mental,
perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada hubungannya dengan hipoglikemia.
Pada penelitian
prospektif dengan menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang diamati
sampai umur 7 tahun ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi
tidak ada cacat nerologik yang berat.
4. Hipoglikemia berat (berulang)
Keompok
ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai masalah
tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya.
·
Defisiensi hormon multipel
(hipopituitarisme bawaan)
Sering kali disertai
Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari pertama, nampaknya akibat
defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang dilaporkan 2/3
meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5 antara umur 2 bulan
sampai 17 tahun). Beberapa di antaranya yang hidup menunjukkan gejala
retardasi.
Prognosis terhadap
perkembangannya tergantung dari adanya defisiensi hormon-hormon lainnya dan
berhasilnya pengobatan substitusi.
·
Kelebihan hormon (hiperinsulinisme)
Pada sindroma Beckwith
Wiedemann, retardasi mental kemungkinan disebabkan oleh H yang tidak diobati,
meskipun dengan pengobatan adekuat prognosis masih meragukan, sebab adanya
anomali multipel yang menyertainya.
·
Infant giants (Foetopathia
Diabetica) : Biasanya memperlihatkan
hipoglikemia berat dan tidak ada respon terhadap pengobatan medikamentosadan
memerlukan pankreatektomi total. Mereka yang hidupo biasanya memperlihatkan
retardasi perkembangan yang sedang atau berat.
·
Adenma sel beta : Pada penderita yang
diamati, bayi-bayi yang hidup menunjukkan perawakan yang relatif pendek tetapi
ada yang menderita diabetes dan beberapa diantaranya memperlihatkan gangguan
neurologik sedang atau berat, gangguan mental dan sering kali dengan kejang-kejang.
Maka, penting diagnosis dini dan tindakan bedah yang segera.
·
Gangguan metabolisme hidrat arang:
prognosis tergantung darimana masing-masing penyebabnya, misalnya hipoglikemia
bisa fatal pada hari pertama, untuk glycogen strorage disease.
·
Gangguan metabolisme asam amino yang
disertai hipoglikemia, misalnya: Maple syrup urine disease,
asidemiametilmalok. Masing-masing mempunyai pragnosis yang meragukan.
b.) Bayi/Anak
Hipogikemia
tergantung dari etiologinya, cenderung kurang berat pada bayi yang lebih tua
dan anak. Tetapi dapat berakibat gangguan kepribadian kelainan pelaku dan
kelainan nerologik. Nampaknya terdapat kepekaan umur khusus pada Hipogikemia
ketosis yang dimulai pada umur 9 12 bulan dan mencapai puncaknya pada umur 18
30 bulan, kemudian sembuh sendiri pada umur 4-7 tahun atau 9-10 tahun.
Adenoma
sel beta frekuensi meningkat sesudah masa neonatus yaitu pada umur 5-15 tahun.
Prognosisnya dapat digambarkan sebagai berikut: anak-anak yang diobati secara
bedah 1 meninggal karena tindakan operasi, 1 menderita DM yang memerlukan
insulin, 1 hanya memerlukan insulin selama 28 hari dan 8 mempunyai sekuele
nerologik maupun kepribadian dan tingkah laku. Empat belas anak (56%) sembuh
sempurna.
L. ASUHAN
KEBIDANAN
1. Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma
yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan perkembangan otak, gangguan
fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi.
Rencana tindakan:
- Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
- Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
- Monitor vital sign
- Monitor kesadaran
- Monitor tanda gugup, irritabilitas
- Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
- Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
- Cek BB setiap hari
- Cek tanda-tanda infeksi
- Hindari terjadinya hipotermi
- Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
- Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit
- Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
- Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
- Monitor vital sign
- Monitor kesadaran
- Monitor tanda gugup, irritabilitas
- Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
- Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
- Cek BB setiap hari
- Cek tanda-tanda infeksi
- Hindari terjadinya hipotermi
- Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
- Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit
2.
Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
Rencana tindakan:
- Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
- Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan bersih atau steril
- Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi saluran nafas.
- Perhatikan kondisi feces bayi
- Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
- Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
- Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur.
3.
Resiko Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan
pengeluaran keringat.
Rencana
tindakan:
- Cek intake dan output
- Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
- Cek turgor kulit bayi
- Kaji intoleransi minum bayi
- Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI
- Cek intake dan output
- Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
- Cek turgor kulit bayi
- Kaji intoleransi minum bayi
- Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI
5. Keterbatasan gerak dan aktivitas
berhubungan dengan hipoglikemi pada otot.
Rencana
tindakan:
- Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
- Lakukan fisiotherapi
- Ganti pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor dan basah.
- Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
- Lakukan fisiotherapi
- Ganti pakaian bayi secara teratur dan atau jika kotor dan basah.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar
gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan
sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh
bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL
yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Penyebab hipoglikemia yaitu dosis suntikan insulin terlalu banyak, lupa
makan atau makan terlalu sedikit, aktifitas terlalu berat, minum alkohol tanpa disertai makan, menggunakan
tipe insulin yang salah pada malam hari, penebalan di lokasi suntikan, kesalahan waktu pemberian obat dan makanan, penyakit yang menyebabkan gangguan
penyerapan glukosa, gangguan hormonal, pemakaian aspirin dosis tinggi, riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Secara garis besar
hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang menyebabkan
pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit
setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa)
maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering
mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa
tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang
konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula
diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya
roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa
intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki
resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui
pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan
insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering
makan dalam porsi kecil.
B.
Saran.
·
Kepada
klien agar lebih mengetahui tentang hipoglikemi baik pengertian maupun
gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda gejala hipoglikemi tersebut maka
klien segera ke tempat pelayanan kesehatan.
·
Kepada
tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila
menemui kasus hipoglikemi, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
·
Kepada
pembaca agar memahami apa itu hipoglikemi dan pencegahan yang dapat di lakukan,
sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar