BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehidupan manusia
dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah
memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan
kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi
yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai
konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik
tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah
banyak didokumentasikan.
Fenomena the Dutch
Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2
dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan
bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini
terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential
lainnya.Gangguan pertumbuhan janin ada 2
yaitu makrosmia dan IUGR (PJT).
Kejadian PJT
bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang.
Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang
terjadi akibat PJT. Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat
janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek
buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat
muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor
kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering.
Menghindari cara hidup
berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal
care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT Gangguan pertumbuhan
janin yang lain adalah makrosomia, yaitu Berat Badan lahir Lebih dari 4 kg.
Bayi makrosomia bisa disebabkan empat faktor: 1) Faktor kondisional, yaitu yang
tak diketahui penyebabnya. Misalnya, orangtuanya memang besar atau karena
memang lingkungannya (faktor gizi) yang memungkinkan bayi mempunyai BBL besar;
2) Ibu hamil menderita diabetes mellitus; 3) Ibu yang mengalami kelebihan berat
badan (obesitas); dan 4) Ibu yang mengalami kehamilan lebih bulan.
Bayi makrosomia
disebabkan karena faktor genetik, yaitu karena orangtuanya besar, mungkin tak
banyak mengalami masalah. Yang bermasalah adalah bayi BBL besar akibat ibu mengalami
diabetes, yaitu akan mengalami banyak komplikasi serius. Di samping itu, bayi
makrosomia juga kerap meningkatkan angka kelahiran dengan bantuan operasi
Cesar. Dan operasi Cesar akan menambah komplikasi pada bayi
Di negara maju angka prematuritas sesuai
kriteria WHO adalah antara 5 – 10 %, sedangkan di Indonesia belum jelas, karena
masih banyak bayi lahir dengan berat badan yang rendah atau BBLR, yaitu sekitar
14 – 17 % yang terbanyak disebabkan karena kurang gizi pada masa kehamilannya
sehingga lahir dismatur, yaitu berat badan lahir yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan, kecil menurut kahamilan atau KMK (Small For Date Babies).
Angka – angka di atas mencerminkan baik
tidaknya sosial-ekonomi dan
menentukan pola demografi di suatu daerah atau negara. Di Indonesia,
jumlah anak di dalam satu keluarga dianjurkan untuk tidak melebihi dua anak
untuk menjamin kelangsungan hidup yang optimal, fisik, sosial dan mental bagi
setiap anak yang dilahirkan. Untuk itu secara nasionaldi Indonesia telah sampai
pada gerakan keluarga berencana yang mandiri.
Besarnya angka kelahiran disuatu
negara atau daerah ditentukan oleh budaya, tingkat pendidikan masyarakatnya,
kemajuan memanfaatkan alat kontrasepsi, bagaiman sikap dan keinginan masyarakat
tentang besarnya sebuah keluarga dan adanya gerakan yang disporposi Pemerintah
maupun masyarakat sendiri untuk melaksanakan keluarga berancana dengan tujuan
kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di masa depan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari IUGR?
2. Apa saja tanda gejala dari IUGR?
3. Apa saja komplikasi pada IUGR?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari IUGR?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari IUGR.
2. Untuk mengetahui apa saja tanda
gejala dari IUGR
3. Untuk mengetahui apa saja komplikasi
dari IUGR
4. Untuk mengetahui bagaimana
penatalaksanaan bila ditemukan kasus IUGR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian IUGR
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan
yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat
standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT
(Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin
berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan.
Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK
(small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat
dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari
keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya
akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm,
>37minggu).
IUGR
adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan perkembangan dari
fetus, yang mana terjadi 3-7% dari persalinan, tergantung pada criteria
diagnose yang dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko tinggi
untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Diperkirakan kematian perinatal 5-10
lebih tinggi pada neonatus yang mengalami pertumbuhan terhambat dibandingkan
dengan yang memiliki ukuran atau berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan.
Intrauterine growth
retardation (IUGR) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi (USG)
perkiraan berat badan janin di bawah presentil ke-10 pada standard intrauterine
growth chart of low birth weight untuk masa kehamilan, dan mengacu kepada suatu
kondisi dimana janin tidak dapat mencapai ukuran genetik yang optimal. Artinya
janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia
kehamilan yang sama. Janin dengan IUGR umumnya akan lahir prematur (<37
minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (Aterm, >37 minggu). Bila berada
di bawah ke-7 presentil maka disebut small for gestational age (SGA), di mana
bayi mempunyai berat badan kecil yang tidak menimbulkan kematian perinatal.
Berat lahir bayi dibawah ke-5 dan ke-3 persentil, berarti berat lahir bayi
lebih dari dua standar dibawah deviasi dari usia kehamilan dan sebuah ponderal
index (berat lahir bayi dikali 100 dibagi panjang badan) dibawah ke-10
persentil untuk usia kehamilan juga digunakan untuk mendefinisikan IUGR
(Craigo, 1994). Akan tetapi, tidak semua fetus dibawah ke-10 persentil kan
mengalami keterhambatan pertumbuhan. Kira-kira 10 % dari semua fetus yang
dibawah ke-10 persentil normal, karena secara genetik pada dasarnya
kecil. Untuk alasan ini, diagosa IUGR harus didefinisikan sebagai peningkatan
lingkar perut kurang dari 10 mm pada periode dua minggu. Pertumbuhan fetal
yang tidak sesuai ukuran, harus diperkirakan ketika terdiagnosa IUGR.
Praktek secara klinis dilakukan seperti pada keadaan biasa, akan tetapi
untuk ukuran kurang dari ke-10 persentil digunakan sebagai
indikator untuk IUGR.
B. Klasifikasi
Secara Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu kapan mulai
dan berapa lamanya pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.
1.
Type 1 (Simetrik IUGR)
Type
1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan pertumbuhan. Type IUGR ini
dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan semua fetus ini menurut perbandingan
SGA. IUGR ini memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang
tidak simetris yang terjadi ketika fetus mengalami perpanjangan kekurangan yang
lebih awal akibat dari malnutrisi chorionic maternal, penyalahgunaan zat-zat
kimia, insufisiensi plasenta, atau gemeli.
Faktor
yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ
(terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie
virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV,
Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang
merokok. Gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana total jumlah sel
kurang. Ukuran sel fetus normal tetapi secara umum terjadi kekurangan yang
menyeluruh pada badan. badan dan kepala neonatus proporsional tetapi kecil
(gangguan pertumbuhan yang proporsional).
Lingkar
kepala turun dibawah persentil 10, ukuran otak kurang, dan berakibat buruk yang
permanen termasuk adanya kekurangperhatian pada masa kanak-kanaknya, gelisah,
dan perilaku bermasalah yang dihubungkan dengan jeleknya hasil akademik
yang ditunjukan. Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan prognosisi yang
tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang menyebabkannya.
Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya factor resiko yang
diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus yang dinilai, hambatan
pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada aneuploidy. Oleh karena itu,
penilaian sample darah pada umbilical (Percutaneus Umbillical Blood Sampling),
betul betul direkomendasikan untuk mengetahui Karyotype abnormal.
2.
Type 2 (Asimetrik IUGR)
IUGR
ini jumlahnya kira-kira 70 % dari semua kasus IUGR. Gangguan pertumbuhan janin
asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan
janin simetris. Akibat dari kekurangan nutrisi dan defisiensi plasenta
pada trimester kedua dan ketiga kehamilan menyebabkan berbagai macam
gangguan maternal yang meliputi hypoxic, vascular, renal hematologic, dan
gangguan kesehatan lingkungannya.
Gangguan
terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel normal tetapi ukurannya
lebih kecil. Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar
perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang
tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter
biparietal juga berkurang.
Faktor
yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi
karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan
diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan. Ukuran sel yang kurang mengakibatkan
atropi pada sel yang ada sebelumnya tanpa mengurangi jumlah sel tersebut.
Ukuran kepala pada masa neonatus tampak besarnya tidak proporsional dengan
badan karena pertumbuhan kepala tidak terhambat (gangguan pertumbuhan yang
tidak proporsional). Badan mengandung sedikit lemak subkutan dan tampak panjang
kurus.
Secara
umum cadangan otot kurang, turgor kulit yang jelek, rambut yang tipis, perut
yang keriput, dan sutura terpisah dengan lebar, menunjukan asymmetrical
IUGR. Pada postnatal, terjadi kematangan Pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi, dan berpotensi untuk perkembangan intelektual yang sangat baik.
Diperkirakan,
70% – 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah type 2. IUGR ini seringkali
berhubungan dengan penyakit ibu seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal,
Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty, dan yang lainnya.
3.
Intermediate IUGR
IUGR
Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang merupakan kombinasi Type 1
dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada type ini diperkirakan terjadi selama fase
pertengahan pertumbuhan- pada fase hyperplasia dan hipertropi- yang mana
terjadi pada usia kehamilan 20-28 minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan
kecepatan mitosis dan peningkatan yang progesif secara menyeluruh pada ukuran
sel.
Bentuk
IUGR ini keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan type1 dan 2,
diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan pertumbuhan fetus. Hipertensi
kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang lainnya, menjadi berat
dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan mengakibatkan Intermediate
IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak memberikan efek Brain Sparring.
SIMETRIS |
ASIMETRIS
|
Semua bagian tubuh kecil
|
Kepala lebih besar dari
perut
|
Ponderal
index normal
|
Meningkat
|
Perbandingan kepala,
perut dan panjang tangan normal
|
Meningkat
|
Etiologi: faktor
genetik dan infeksi
|
Insufisiensi plasenta kronik
|
Jumlah sel-lebih kecil
Ukuran sel normal
|
Normal
Kecil
|
Bayi dengan komplikasi
prognosisnya buruk
|
Biasanya tanpa
komplikasi baik prognosisnya
|
Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1.
Proportionate
Fetal Growth Restriction
Janin
yang menderita distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,
panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
2.
Disproportionate
Fetal Growth Restriction
Terjadi
akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan
tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak waste dengan
tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan
mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang. Pada bayi PJT perubahan
tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran kepala akan tetapi
organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan misalnya Drillen (1975)
menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah sedangkan berat hati,
limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan bayi prematur dengan
berat yang sama.Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa
gestasinya.
C. Etiologi
1. Faktor ibu
Golongan
faktor ibu merupakan penyebab yang terpenting.
a. Penyakit hipertensi (kelainan
vaskular ibu).
Pada
trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan endotelium
trophoblas masuk jauh ke dalam arterioli miometrium sehingga aliran menjadi
tanpa hambatan menuju retroplasenter sirkulasi dengan tetap. Aliran darah yang
terjamin sangat penting artinya untuk tumbuh kembang janin dengan baik dalam
uterus. Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi oleh sel
trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta sehingga 21
cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan pada lumen dan arteri spiralis terbuka. Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis dan arteriolinya dapat menimbulkan keadaan yang bersumber dari gangguan aliran darah dalam bentuk “iskemia retroplasenter”. Dengan demikian dapat terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila gangguan iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar, tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan masalah pokok.
cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan pada lumen dan arteri spiralis terbuka. Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis dan arteriolinya dapat menimbulkan keadaan yang bersumber dari gangguan aliran darah dalam bentuk “iskemia retroplasenter”. Dengan demikian dapat terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila gangguan iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar, tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan masalah pokok.
b. Kelainan uterus.
Janin
yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan pertumbuhan
c. Kehamilan kembar.
Kehamilan
dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit oleh pertumbuhan
kurang pada salah satu atau kedua janin dibanding dengan janin tunggal normal.
Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10 s/d 50 persen bayi kembar.
d. Ketinggian tempat tinggal.
Jika
terpajan pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa janin mengalami
penurunan berat badan yang signifikan Janin dari wanita yang tinggal di dataran
tinggi biasanya mempunyai berat badan lebih rendah daripada mereka yang
dilahirkan oleh ibu yang tinggal di dataran rendah.
e. Keadaan gizi
Wanita
kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita gemuk cenderung
melahirkan bayi besar. Agar nasib bayi baru lahir menjadi baik, ibu yang kurus
memerlukan kenaikan berat badan yang lebih banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk
dalam masa kehamilan. Faktor terpenting pemasukan makanan adalah lebih utama
pada jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari dari pada komposisi dari kalori.
Dalam masa hamil wanita keadaan gizinya baik perlu mengkonsumsi 300 kalori
lebih banyak dari pada sebelum hamil setiap hari. Penambahan berat badan yang
kurang di dalam masa hamil menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan yang
rendah.
f. Perokok.
Kebiasaan
merokok terlebih dalam masa kehamilan akan melahirkan bayi yang lebih kecil
sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir. Kekurangan berat badan lahir ini
disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1).
wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan kekurangan substrat
di dalam darahnya yang bisa dipergunakan oleh janin,
2).
Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi pengurangan jumlah
pengaliran darah kedalam uterus dan yang sampai ke dalam ruang intervillus.
2.
Faktor anak.
a.
Kelainan kongenital.
b.
Kelainan genetic
c.
Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH (toksoplasma, rubela, sitomegalovirus, dan herpes).
Infeksi intrauterin adalah penyebab lain dari hambatan pertumbuhan intrauterin. Banyak tipe seperti pada infeksi oleh TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) yang bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena infeksi itu. Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan kecepatan metabolisme pada janin tanpa kompensasi peningkatan transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi subnormal atau dismatur.
Infeksi intrauterin adalah penyebab lain dari hambatan pertumbuhan intrauterin. Banyak tipe seperti pada infeksi oleh TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) yang bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena infeksi itu. Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan kecepatan metabolisme pada janin tanpa kompensasi peningkatan transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi subnormal atau dismatur.
3.
Faktor plasenta
Penyebab faktor plasenta dikenal
sebagai insufisiensi plasenta. Faktor plasenta dapat dikembalikan pada faktor
ibu, walaupun begitu ada beberapa kelainan plasenta yang khas seperti tumor
plasenta. Sindroma insufisiensi fungsi plasenta umumnya berkaitan erat dengan
aspek morfologi dari plasenta.
Parameter klinik yang dapat digunakan
untuk mendeteksi PJT ketidaksesuaian usia gestasi dengan besar uterus, laju
pertumbuhan terhambat, atau pertambahan berat badan ibu yang kurang. Kejadian
yang terbukti dengan cara ini hanya 10-25%, sehingga perlu digabung dengan
pemeriksaan dan USG Doppler.
a. Manajemen pada
kasus preterm dengan pertumbuhan janin terhambat lakukan
pematangan paru dan asupan nutrisi tinggi kalori mudah cerna, dan banyak
istirahat.
b. Pada kehamilan
35 minggu tanpa terlihat pertumbuhan janin dapat dilakukan
pengakhiran kehamilan.
c. Jika terdapat
oligohidramnion berat disarankan untuk per abdominam.
d. Pada kehamilan
aterm tergantung kondisi janin jika memungkinkan dapat dicoba lahir pervaginam.
D. Patofisiologi
1.
Kondisi
kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan
trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi
kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan
perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin
berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan
pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut
2.
Kondisi
kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi
makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi
peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta
yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.
D. Tanda dan Gejala
1.
Gangguan pada uterus dan janin untuk
tumbuh normal diatas periode 4 minggu.
2.
TFU paling sedikit kurang 2 cm dari
harapan untuk jumlah terhadap usia kehamilan dari pengukuran TFU sebelumnya.
3.
Kekurangan penambahan berat badan ibu.
4.
Gerakan janin yang kurang.
5.
Kekurangan volume cairan amnion.
6.
Lingkaran abdomen kecil (ukuran hepar
yang kecil)
7.
Tungkai yang kurus (masa otot ↓)
8.
Kulit keriput ( lemak subkutis ↓)
E. Manifestasi Klinis
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan
PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya
tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat.
PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin
tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meski pada sejumlah janin,
ukuran kecil untuk masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua
orangtua kecil), kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan (KMK)
dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa diantaranya sbb:PJT dapat
terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat dini
sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT
yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem lain.
Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas.
Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah
kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan
janin berisiko tinggi mengalami kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut :
a) Penurunan level oksigenasi
b) Nilai APGAR rendah (suatu penilaian
untuk menolong identifikasi adaptasi
bayi segera setelah lahir)
c) Aspirasi mekonium (tertelannya
faeces/tinja bayi pertama di dalam kandungan)
yang dapat berakibat sindrom gawat nafas
d) Hipoglikemi (kadar gula rendah)
e) Kesulitan mempertahankan suhu tubuh
janin
f) Polisitemia (kebanyakan sel
darah merah.
F. Diagnosis
1.
Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi,
penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.
2.
Tinggi Fundus Uteri
Cara ini sangat mudah, murah, aman, dan
baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita
pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus
uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga)
sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat
mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
3.
USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter
biparietal atau cephalometry angka kebenarannya mencapai 43-100%.
Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat
kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat
mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak, khususnya
pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini
adalah perbandingan antara ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut untuk
mendeteksi adanya asimetris PJT.
4.
Doppler Velocimetry
Dengan
menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak
normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.
E. Prognosis
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa
gestasi, asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pencernaan dll. Juga
tergantung pada sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
hamil, persalinan dan postnatal. Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat
berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki
efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya.
Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat,
meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling
sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan
bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat
menekan risiko munculnya PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan bahwa sekitar
65% wanita pada negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1 kali
selama kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat.
F. Diagnosa Banding
a.
ketidakakuratan tanggal kehamilan
b. Ketidakakuratan pengukuran tinggi fundus/takksiran berat badan janin
c. oligohidramnion
d. letak melintang
e. Disebabkan oleh Kecil tetapi normal
b. Ketidakakuratan pengukuran tinggi fundus/takksiran berat badan janin
c. oligohidramnion
d. letak melintang
e. Disebabkan oleh Kecil tetapi normal
G. Faktor-faktor risiko PJT (IUGR)
1. Lingkungan sosio-ekonomi rendah.
2. Riwayat PJT dalam keluarga.
3. Riwayat obstetri yang buruk
4. Berat badan sebelum hamil dan selama
kehamilan yang rendah.
5. Komplikasi obstetri dalam kehamilan.
6. Komplikasi medik dalam kehamilan.
Faktor-faktor risiko PJT (IUGR)
sebelum dan selama kehamilan
I.
Faktor yang terdeteksi sebelum kehamilan:
a.
Riwayat PJT sebelumnya
b.
Riwayat penyakit kronis
c.
Riwayat APS (Antiphospolipid syndrome)
d.
Indeks Massa tubuh yang rendah
e.
Maternal hypoxia
II.
Terdeteksi selama kehamilan.
a.
Riwayat makan obat-obatan tertentu
b.
Perdarahan pervaginam
c.
Kelainan plasenta
d.
Partus prematurus
e.
Kehamilan ganda
f.
Kurangnya pertambahan BB selama kehamilan (Cunningham, 2006)
G. Komplikasi
PJT
PJT yang tidak segera
diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan bahaya bagi janin hingga
menyebabkan kematian. Kondisi ini
disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak
lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani
kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak
bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk
dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
Komplikasi
pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1.
Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian
janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
1. Asfiksia
2. Hipoglikemi
3. Aspirasi mekonium
4. DIC
5. Hipotermi
6. Perdarahan pada paru
7. Polisitemia
8. Hiperviskositas sindrom
9. Infeksi intrauterine dan cacat
bawaan akibat kelainan kromosom.
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan
perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT
dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan
intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi
kongenital dan kelainan kromosom.
2. Ibu
a. Preeklampsi
b.Penyakit jantung
c. Malnutrisi
H. Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah
membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat.
Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada
pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil,
diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit
ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain
itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi
untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran
yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa
pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT
bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk
melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan
meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1.
Selama
kehamilan
a.
Pemeriksaan
pada setiap kunjungan ANC dengan teliti.
b.
Dicurigai
adanya suatu kelainan maka segera rujuk ke rumah sakit.
c.
Melaksanakan
instruksi dokter dengan teliti
d.
PJT
pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
e.
PJT
jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan
bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan
ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin
dianjurkan
1)
Tatalaksana
umum
Setelah
mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan
maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah
baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal
perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol,
Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR
Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di
rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat
pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
2)
Tatalaksana
khusus
Pada
PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang
dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat
maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat,
penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.
2.
Saat
Melahirkan
a.
pematangan
paru harus dilakukan pada janin prematur.
b.
Pengawasan
ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah
melahirkan.
c.
Operasi
caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal
care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian
distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak
disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
Selain hal di atas ada beberapa referensi juga
menyebutkan penatalaksanaan IUGR tersebut, anatara lain:
1. Penatalaksanaan
antepartum
a. Di lakukan
penyelidikan terhadap fungsi plasenta dan kondisi janin.
b. Bila tanda-
tanda gawat janin tidak ada, kehamilan di biarkan berlangsung. Kita harus
membiarkan janin mencapai maturitasnya sejauh mungkin kehamilan di akhiri hanya
kalau terdapat tanda- tanda gawat janin.
c. Begitu
diagnosis IUGR di buat, kelahiran harus di rampungkan sebelum 38 minggu. Bayi
yang sudah tidak berkembang lagi dalam rahim akan tumbuh lebih baik dalam
bangsal anak.
d. Di upayakan
untuk memperbaiki situasi dengan mengoreksi kelainan yang mendasari seperti
hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol dan meningkatkan aliran darah
kedalam uterus dengan mengatur posisi tidur pasien lebihh banyak berbaring
menyamping.
e. Kebanyakan
kematian janin di dalam rahim setelah minggu ke- 36 kehamilan dan sebelum di
mulainya persalinan.
2.
Penatalaksanaan persalinan
a.
Bayi- bayi yang IUGR harus di
lahirkan di rumah sakit dengan fasilitas khusus untuk resiko tinggi, baik
obstetrik maupun pediatrick.
b.
Serviks
matang
: di induksi, monitoring yang cermat dan kelahiran
pervaginam.
c.
Serviks belum matang : infus
oxytocin untuk mematangkan serviks yang di ikuti oleh pemecahan ketuban secara
artificial.
d.
Indikasi dilakukannya section caesarea
:
1) Gawat janin
2) Induksi gagal
3) Malpresentasi
4) Disproporsi
5) Serviks tidak
matang pada pasien- pasien yang penyakitnya berat seperti diabetes atau
toksemia.
6) Bekas section
caesarea.
I. Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor
seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah
komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti
nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum
alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta
istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral,
serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta
pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang
terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu hamil
sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi
seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300
kalori/hari.
2.
Hindari stress
selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor
pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan. Setiap
akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.
4.
Olah raga
teratur.
Olah
raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi keseimbangan
oksigenasi, maupun berat badan.
5.
Hindari alkohol,
rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan
rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin dapat selalu
terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin.
Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan
usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan
setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1
minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia
kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi,
pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami
pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai
berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
2.
Tanda dan Gejala
a. Gangguan
pada uterus dan janin untuk tumbuh normal diatas periode 4 minggu.
b. TFU
paling sedikit kurang 2 cm dari harapan untuk jumlah terhadap usia kehamilan
dari pengukuran TFU sebelumnya.
c. Kekurangan
penambahan berat badan ibu.
d. Gerakan
janin yang kurang.
e. Kekurangan
volume cairan amnion.
f. Lingkaran
abdomen kecil (ukuran hepar yang kecil)
g. Tungkai
yang kurus (masa otot ↓)
h. Kulit
keriput ( lemak subkutis ↓)
3. Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
a. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian
janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
1)
Langsung
Asfiksia, Hipoglikemi, Aspirasi mekonium, DIC,
Hipotermi, Perdarahan pada paru, Polisitemia, Hiperviskositas sindrom, Infeksi
intrauterine dan cacat bawaan akibat kelainan kromosom.
2)
Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan
perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT
dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan
intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi
kongenital dan kelainan kromosom.
b.
Ibu
Preeklampsi, Penyakit
jantung dan Malnutrisi
4. Penatalaksanaan
a.
Selama
kehamilan
1) Pemeriksaan pada setiap kunjungan ANC dengan teliti.
2) Dicurigai adanya suatu kelainan maka segera
rujuk ke rumah sakit.
3) Melaksanakan instruksi dokter dengan teliti
4) PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus
dilakukan adalah segera dilahirkan
b.
Saat
Melahirkan
1)
pematangan
paru harus dilakukan pada janin prematur.
2)
Pengawasan
ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah
melahirkan.
3)
Operasi
caesar
B.
Saran
1.
Kepada
klien agar lebih mengetahui tentang IUGR baik pengertian maupun gejalanya,
sehingga apabila dijumpai tanda gejala IUGR tersebut maka klien segera ke
tempat pelayanan kesehatan.
2.
Kepada
tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila
menemui kasus IUGR, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
3.
Kepada
pembaca agar memahami apa itu IUGR dan pencegahan yang dapat dilakukan,
sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.