BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan
penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak
pemberi asuhan kebidanan .Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang
memegang tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-psiko sosial .Di tengah
masyarakat ,bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah
prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak sehat.Jadi
tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga dan
masyarakat.Oleh karena itu,bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar
dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibatdalam pelayanannya
dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan anak.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus
pada klien. (Varney, 1997)
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang
bisadiaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut
bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai
dengan kondisi klien.
Mengingat pentingnya seorang bidan menguasai manajemen
kebidanan maka,dalam makalah ini akan kami bahas tentang dasar dasarnyaantara
lain tentang: langkah langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan,perencananaan
dalam pelayaanan kebidanan,dan pemantauan pelayanan kebidanan (kohort Ibu ,bayi
, balita, dan PWS KIA) .
1.2 Rumusan Masalah
· Apa yang
dimaksud dengan manajemen pelayanan kebidanan ?
· Bagaimana
perencanaan dalam manajemen pelayanan kebidanan ?
· Bagaimana
cara pemantauan pelayanan kebidanan ?
1.3 Tujuan
· Untuk
mengetahui pengertian manajemen pelayanan kebidanan.
· Untuk
mengetahui perencanaan manajemen pelayanan kebidanan.
· Untuk
mengeahui cara pemantauan pelayanan kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Manajemen Pelayanan Kebidanan
Dalam pelayanan kebidanan,manajemen adalah proses
pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan
kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak
,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan
yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Defenisi operasional:
· Ada Standar
Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
· Ada format
manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.
· Ada
pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
· Ada diagnosa
kebidanan.
· Ada rencana
asuhan kebidanan .
· Ada dokumen
tertulis tentang tindakan kebidnan
· Ada catatan
perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.
· Ada evaluasi
dalam memberikan asuhan kebidanan.
· Ada
dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.
Langkah Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan :
Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil
sistem manajemen pada umumnya.Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas
manajemen yaitu perencanaan,pengorganisasian,pengarahan ,kordinasi ,dan
pengawasan (supervisi dan evaluasi).
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1.Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual
Pengetahuan Klien
Pengetahuan Klien
2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital
3.Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya
Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan
konsultasi
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal
yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap
dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut)
karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen
dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada
dokter.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khas kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III
Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat
ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa
kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa
takut.
Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin
hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan
Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar
Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang.
Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan
harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan
tersebut, misalnya:
Ø Besar dari
masa kehamilan
Ø Ibu dengan
diabetes kehamilan
Ø Kehamilan kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya
dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum
yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan
untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita
menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan
terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat
kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap
simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran
kencing terjadi.
Langkah IV :
Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera
untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III
atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang
rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu
situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya
bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter
. Demikian
juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga
akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis
bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap
klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat
dalam manajemen asuhan klien.
Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh,
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah
yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap
rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan
klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian
dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas
bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana
bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan
klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi
sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau
berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga
menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu
dari asuhan klien.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman
atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
B.Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan kebidanan.
Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan
merupakan bagian dari administrasi kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur
pokok yaitu:
1. Input
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan kesehatan
.Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga,dana dan sarana .Secara umum di
sebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas.tidak sesuai standar
yang ditetapkan,serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan
kebutuhan,maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
2. Proses
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam,yakni tindakan medis
dan tindakan non medis .secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak
sesuai dengan standar yang di tetapkan ,maka sulitlah di harapkan bermutunya
pelayanan kesehatan.
3. Output
Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan
Penampilan daat di bedakan atas dua macam .Pertama ,penampilan aspek medis
pelayanan kesehatan .Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan
kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai
dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.
C.Pemantauan pelayanan Kebidanan
Kohort Ibu,Balita dan Bayi
Pengertian
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita.
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas, neonatal, bayi dan balita.
Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang terdeteksi
di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.
Jenis registor kohort
1. Register kohort ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin,
serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan
yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan
bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi informasi.
2. Register kohort bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk neonatal.
3. Register kohort balita
3. Register kohort balita
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan sampai
dengan 5 tahun
Cara pengisian kohort Ibu
kolom
1. Diisi nomer urut
1. Diisi nomer urut
2. Diisi
nomer indeks dari famili folder
3. Diisi
nama ibu hamil
4. Diisi
nama suami ibu hamil
5. Diisi
alamat ibu hamil
6. Diisi
umur ibu hamil
7. Diisi
umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam minggu/tanggal HPL
8. Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
8. Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
9. Paritas
diisi Gravidanya
10. Diisi
bila jarak kahamilan <>
11. Diisi
bila BB ibu <>
12. Diisi
bila TB ibu <>
13. sd 17
Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi,
HB diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya
18. Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
18. Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
19. Diisi
diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh Non NAKES.
20. sd 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.
23. sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai berikut :
K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙
20. sd 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.
23. sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai berikut :
K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara langsung juga akses dengan rambu-rambu ◙
.K4 :
Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.
Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ
Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan rambu-rambu Δ
Perhatian:
K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7 bulan
Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan K4.
Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas
Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi agar tidak kehilangan K4.
Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas
Akses
:Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak memandang usia kehamilan
dengan rambu-rambuΟ
35. Penolong
Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga kesehatan
36. Diisi
tanggal bila yang menolong bukan nakes.
37. Hasil
akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
38. Diisi
lahir mati
39. Diisi BB
bila BBL <>
40. Diisi BB
bila BBL > 2500 gram
41. Keadaan
ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat
42.
Dijelaskan sakitnya
43. Diisi
sebab kematiaannya
44. Diisi v
(rumput)
45. Diisi
apabila pindah, atau yang perlu diterangkan
Cara pengisian kohort Bayi.
Kolom
1. Diisi
nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan nornor urut ibu pada
register kohort ibu.
2. Disi
nomor indeks dari Family Folder
3. sd 7
jelas
8. Diisi
angka berat bayi lahir dalam gram sd 10 diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh
tenaga kesehatan
11. Diisi
tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan
12. sd 23
Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu : N = naik,
T = turun, R
= Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis merah
24. sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
36.Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
24. sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
36.Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
37.Diisi
penyebab kematian bayi tersebut
38. Diisi
bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.
Cara pengisian kohort Balita
Kolom
1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disestiaikan dengan nomor urut ibll pada register kohort ibu
1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disestiaikan dengan nomor urut ibll pada register kohort ibu
2. Disi
nomor indeks dari Family Folder
3. sd 7
jelas
8. sd 31
dibagi 2, diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi 32 sd 35 diisi
tanggal
pcmberian vit A bulan februari dan Agustus
36. Diisi
tanggal bila ditemkan sakit
37. Diisi
penyebab sakit
38. Diisi
tanngal meninggal
39. Diisi
sebab meninggal
40. Diisi
tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang
41. Diisi
jenis kelainan tumbuh kembang.
42. Diisi
bila ada kcterangan penting tentang balita tersebut.
PWS KIA
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu
laporan yang disebut dengan PWS KIA atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat
manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah
(puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut
yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat
motivasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA
dan membantu memecahkan masalah nonteknis, sehingga semua masalah ibu hamil
dapat tertangani secara memadai, yang pada akhimya AKI dan AKB akan turun
sesuai harapan.
Pendataan Sasaran
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana
dilakukan oleh komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta
keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan
dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil,
ibu bersalin, neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh
ibu hamil yang ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh
kader dan dukun bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke
dalam kohort yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa
pun dimiliki puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa
dan Puskesmas dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat memonitor dan
mengikuti setiap individu yang ada didaerah tersebut.
Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan
bidan desa memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu
hamil lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan
jiwa ibu dan anak yang dikandung.
Dalam memantau program kesehatan ibu ,dewasa ini
digunakan indikator cakupan ,yaitu :cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses
dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal),cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan cakupan kunjungan neonatus /nifas .Untuk itu ,sejak awal
tahun1990-an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat
–Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA) ,yang mengikuti program jejak imunisasi.Dengan
adanya PWS KIA ,data cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh
setiap tahunnya dari semua propinsi.
Walau demikian ,disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup
memberi gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI.Mengingat bahwa
mengukur AKI ,Sebagai indikator dampak ,secara berkala dalam waktu kurang dari
5-10 tahun tidak realistis ,maka pakar dunia menganjurkan pemakaian
indikator outcome .Indikator tersebut antara lain :
ü Cakupan
penanganan kasus obstetri
ü Case
fatality rate kasus
obstetri yang di tangani.
ü Jumlah
kematian absolut
ü Penyebaran
fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan PONED.
ü Persentase
bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayah
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses
pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak
,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang
bisadiaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut
bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai
dengan kondisi klien.
Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3 unsur ,yaitu: input,poses
dan outcome.
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen yang
merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena merekalah yang
paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut.
Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Untuk membantu dalam melakukan pendataan digunaka alat pantau berupa
Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA)
B.Kritik dan Saran
Kami berharap agar para mahsiswa kebidanan memahami
tentang manajemen pelayanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin,Abdul Bari.dkk.2006.Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Simatupang,Erna
Juliana. 2008.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta;EGC.
Soepardan
,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar