BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa
tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan
sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan
sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal
tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya.
Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain
itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium.
Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang
dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama
pada pergerakan.
1.2
Rumusan Masalah.
1.
Apa pengertian dari fraktur?
2.
Apa pengertian klavikula?
3. Apa gejala dari fraktur klavikula?
4. Apa pengertian dari fraktur humerus?
5. Apa gejala dari fraktur humerus?
6. Apa pengertian dari fraktur
femoralis?
7. Apa gejala dari fraktur femoralis?
1.3
Tujuan
2. Untuk
mengetahui pengertian dari fraktur
3. Untuk
mengetahui pengertian klavikula
4. Untuk
mengetahui gejala dari fraktur klavikula
5. Untuk
mengetahui pengertian dari fraktur humerus
6. Untuk
mengetahui gejala dari fraktur humerus
7. Untuk
mengetahui pengertian dari fraktur femoralis
8. Untuk
mengetahui gejala dari fraktur femoralis
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Fraktur
A.
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas
tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens,
1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan
tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995
: 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya
konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur adalah
retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.
B. Etiologi
Penyebab
fraktur diantaranya :
a. Trauma
1) Trauma
langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan.
b. Fraktur
Patologis
Fraktur
disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan
lain-lain.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
d. Spontan
Terjadi tarikan
otot yang sangat kuat seperti olah raga.
C. Manifestasi
Klinis
a.
Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c.
Eritema
d. Peningkatan
suhu
e.
Pergerakan abnormal
D. Klasifikasi
/ Jenis.
a) Fraktur
komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran dari posisi normal.
b) Fraktur
tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
c) Fraktur
tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen
frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d) Fraktur
terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya
menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat
fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)
1) Grade I
: Luka bersih, panjang
2) Grade II : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
3) Grade III
: Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif, merupakan yang paling berat.
e) Jenis khusus
fraktur
1) Greenstick :
Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkok.
2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Oblik :
Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang
5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
6) Depresi :
Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang
tengkorak dan tulang wajah)
7) Kompresi :
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
8) Patologik :
Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit
pegel, tumor)
9) Avulsi :
Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya
10) Epifiseal :
Fraktur melalui epifisis
11) Impaksi :
Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
E. Proses
Penyembuhan Tulang
a.
Stadium Pembentukan Hematoma
Hematoma
terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak, hematoma
dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 – 2 x 24 jam.
b. Stadium
Proliferasi
Sel-sel
berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel
ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang.
Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua
kecelakaan terjadi.
c.
Stadium Pembentukan Kallus
Osteoblast
membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa kalus
terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6 –
10 hari setelah kecelakaan terjadi.
d. Stadium
Konsolidasi
Kallus
mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara
bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah
kecelakaan.
e.
Stadium Remodelling
Lapisan
bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur. Tulang
yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.
F. Konsep
Dasar Penanganan Faktur
Ada empat
konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :
a.
Rekognisi
Rekognisi
dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah
mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang
berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.
b. Reduksi
Reduksi
adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya.
Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat
atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat
diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.
c.
Retensi
Setelah
fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dalam
posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna
meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.
d. Rehabilitasi
Merupakan
proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara melakukan ROM
aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan
isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah.
G. Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi
Dini
1) Nekrosis
kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement
sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus
b. Komplikasi
Lanjut
1) Kelakuan
sendi
2) Penyembuhan
fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.
3) Osteomielitis
kronis
4) Osteoporosis
pasca trauma
5) Ruptur
tendon
2.2 Fraktur
Klavikula
A.
Pengertian
Klavikula merupakan tulang yang berbentuk huruf S,
bagian medial melengkung lebih besar dan menuju ke anterior. Lengkungan bagian
lateral lebih kecil dan menghadap ke posterior. Ujung medial clavicula disebut
extremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan uJung lateral
disebut extremitas acromialis, membentuk persendian dengan acromion. Facies
superior clavicula agak halus, dan pada facies inferior di bagian medial
terdapat tuberositas costalis. Disebelah lateral tuberositas tersebut terdapat
sulcus subclavius, tempat melekatnya m. Subclavius, dan disebelah lateralnya
lagi terdapat tuberositas coracoidea, tempat melekat lig. Coracoclaviculalis.
Clavicula adalah tulang yang paling pertama mengalami
pertumbuhan pada masa fetus, terbentuk melalui 2 pusat ossifikasi atau
pertulangan primer yaitu medial dan lateral clavicula, dimana terjadi saat
minggu ke-5 dan ke-6 masa intrauterin. Kernudian ossifikasi sekunder pada
epifise medial clavicula berlangsung pada usia 18 tahun sampai 20 tahun. Dan
epifise terakhir bersatu pada usia 25 tahun sampai 26 tahun.
Pada tulang ini bisa terjadi banyak proses patologik
sama seperti pada tulang yang lainnya yaitu bisa ada kelainan congenital,
trauma (fraktur), inflamasi, neoplasia, kelainan metabolik tulang dan yang
lainnya. Fraktur clavicula bisa disebabkan oleh benturan ataupun kompressi yang
berkekuatan rendah sampai yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan
terjadinya fraktur tertutup ataupun multiple trauma.
Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi
baru lahir,yang mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu
pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada kelahiran presentasi puncak kepala
dan pada lengan yang telentang pada kelahiran sungsang. Gejala yang tampak pada
keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi,
ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian
atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi tersebut.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan
sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60
derajat dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.
B. Epidemiologi
Menurut data
epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40 kasus dari
100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1. Fraktur
pada midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua
fraktur clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian
proximal sekitar 5%.
Sekitar 2%
sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur clavicula. Menurut
American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur clavicula sekitar 1
kasus dari 1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga merupakan kasus
trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213 kasus kelahiran
anak yang hidup.
C. Etiologi (
Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh
trauma pada bahu akibat kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan
kendaraan bermotor, namun kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non
traumatik. Berikut beberapa penyebab pada fraktur clavicula yaitu :
1. Fraktur
clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis pubis
selama proses melahirkan.
2. Fraktur
clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari
ketinggian dan yang lainnya.
3.
Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama,
misalnya pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.
4. Fraktur
clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi,
keganasan clan lain-lain.
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh
trauma pada bahu akibat trauma jalan lahir dengan gejala:
1. Bayi tidak
dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,
2. Krepitasi
dan ketidakteraturan tulang,
3. Kadang-kadang
disertai perubahan warna pada sisi fraktur,
4. Tidak adanya
refleks moro pada sisi yang terkena,
5. Adanya
spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi
supraklavikular pada daerah fraktur.
6. Biasanya
diikuti palsi lengan
Faktor predisposisi fraktur klavikula adalah:
1.
Bayi yang berukuran besar
2.
Distosia bahu
3.
Partus dengan letak sungsang
4.
Persalinan traumatic .
Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh
lokasi fraktur pada clavicula tersebut. Ada tiga lokasi pada clavicula yang
paling sering mengalami fraktur yaitu pada bagian midshape clavikula dimana
pada anak-anak berupa greenstick, bagian distal clavicula dan bagian proksimal
clavicula. Menurut Neer secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi
tiga tipe yaitu :
1. Tipe I :
Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering terjadi
fraktur.
2. Tipe II :
Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami fraktur
setelah midclavicula.
3. Tipe III: Fraktur
pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling jarang terjadi dari semua
jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%.
Ada beberapa subtype fraktur clavicula bagian distal,
menurut Neer ada 3 yaitu :
1.
Tipe I : merupakan fraktur dengan kerusakan minimal, dimana
ligament tidak mengalami kerusakan.
2.
Tipe : merupakan fraktur pada daerah medial ligament coracoclavicular.
3.
Tipe III: merupakan fraktur pada daerah distal ligament coracoclavicular
dan melibatkan permukaan tulang bagian distal clavicula pada AC joint.
D. Diagnosis
Hasil pemeriksaan
1.
Adanya pembengkakan pada sektor
daerah fractur.
2.
Krepitasi.
3.
Pergerakan lengan berkurang.
4.
Iritable selama pergerakan lengan.
Diagnosis RO tidak selalu diindikasikan, 80% tidak
mempunyai gejala dan hanya didapatkan hasil pemeriksaan yang minimal.
E. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan terhadap bayi yang mengalami
fraktur klavikula, yaitu:
1.
Bayi jangan banyak digerakkan
2. Immobilisasi
lengan dan bahu pada sisi yang akit dan abduksi lengan dalam stanhoera menopang
bahu belakang dengan memasang ransel verband
3.
Rawat bayi dengan hati-hati
4. Nutrisi yang
adekuat (pemberian asi yang adekuat dengan cara mengajarkan pada ibu acar
pemberian asi dengan posisi tidur, dengan sendok atau pipet)
5.
Rujuk bayi kerumah sakit
Umumnya
7-10 hari sakit berkurang, pembentukan kalus bertambah beberapa bulan (6-8
minggu) terbentuk tulang normal.
2.3 Fraktur
Humerus
A. Pengertian
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2004) Fraktur
humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau
trauma langsung maupun tidak langsung.
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam
melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan
lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak
dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang.
Fraktur
tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan
penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi
kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan
langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa
greenstick atau fraktur total.
B. Klasifikasi
Fraktur atau patah tulang humerus terbagi atas :
1. Fraktur
Suprakondilar humerus
Jenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi :
a. Jenis
ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui
benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasidan lengan siku dalam
posisi ekstensi dengan tangan terfikasi
b.
Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan
dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi
sedikit fleksi
2. Fraktur
interkondiler humerus
Fraktur yang sering terjadi pada
anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler medialis humerus
3. Fraktur
batang humerus
Fraktur ini disebabkan oleh trauma
langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya
berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi)
4.
Fraktur kolum humerus
Fraktur ini dapat terjadi pada kolum
antomikum (terletak di bawah kaput humeri) dan kolum sirurgikum (terletak di
bawah tuberkulum)
C. Etiologi
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan
tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit
merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran
presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan
keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa
greenstick atau fraktur total.
Fraktur menurut Strek,1999 terjadi paling sering sekunder akibat kesulitan
pelahiran (misalnya makrosemia dan disproporsi sefalopelvik, serta
malpresentasi).
D. Gejala
1)
Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
2)
Refleks moro asimetris
3)
Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
4) Terjadinya tangisan bayi pada
gerakan pasif
Letak
fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
radiologik.
E. Gejala
klinis
1.
Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki yang
berkurang dan asimetris.
2.
Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada
tulang femur.
3.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
F.
Penanganan
1.
Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10
sampai 14 hari serta control nyeri
2.
Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang
tindih ringan dengan deformitas, umumnya akan baik.
3.
Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang
fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal
2.4 Fraktur
Femur
A. Pengertian
Fraktur femur adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang /
osteoporosis.
B.
Anatomi
Fisiologi Fraktur.
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi
dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian
terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas.
Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa,
ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting
pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya
arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur
meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.
C.
Klasifikasi
Fraktur
Ada 2 type dari fraktur femur,
yaitu :
• Melalui kepala femur (capital fraktur)
• Hanya di bawah kepala femur
• Melalui leher dari femur
• Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter
femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
• Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi
tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.
D.
Patofisiologi
Fraktur
Penyebab
Fraktur Adalah Trauma Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal
atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
•
Osteoporosis Imperfekta
•
Osteoporosis
• Penyakit metabolic
E.
Trauma
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Trauma langsung, yaitu benturan pada
tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah
trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
2.
Trauma tak langsung, yaitu titik
tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
F.
Tanda Dan
Gejala Fraktur
• Nyeri
hebat di tempat fraktur
• Tak mampu
menggerakkan ekstremitas bawah
• Rotasi
luar dari kaki lebih pendek
•Diikuti
tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi,
sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
G.
Penatalaksanaan
Medik Fraktur
• X.Ray
• Bone scans,
Tomogram, atau MRI Scans
•
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
• CCT kalau
banyak kerusakan otot.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Fraktur adalah
retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk
huruf S, bagian medial melengkung lebih besar dan menuju ke anterior.
Lengkungan bagian lateral lebih kecil dan menghadap ke posterior.
Gejala yang tampak pada fraktur klavikula
adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi, ketidakteraturan
tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian atas yang
terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi tersebut.
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi
pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala
atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas.
Gejala terjadinya fraktur humerus, antara lain:
1.
Berkurangnya gerakan tangan
yang sakit
2.
Refleks moro asimetris
3.
Terabanya deformitas dan
krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
4.
Terjadinya tangisan bayi
pada gerakan pasif
5.
Letak fraktur umumnya di
daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologic
Umumnya fraktur
femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur di daerah kaput, kolum,
trokanter, subtrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan tindakan operatif.
Daerah paha
yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functio laesa, nyeri
tekan, dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau
angulasi anterior, endo/eksorotasi. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah.
3.2
Saran
Untuk bidan sebaiknya
lebih teliti mendiagnosis secara dini terhadap letak dan presentasi
janin agar dapat mengurangi terjadinya fraktur. Bidan sebaiknya memiliki
pengetahuan yang luas tentangb fraktur agar dapat member penanganan segera pada
fraktur.
Untuk masyarakat luas sebaiknya lebih memperhatikan
penyebab-penyebab terjadinya fraktur,agar dapat mengurangi terjadinya fraktur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar