Selasa, 23 April 2013

FRAKTUR KLAVIKULA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium.
Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan.

1.2         Rumusan Masalah.
1.         Apa pengertian dari fraktur?
2.         Apa pengertian klavikula?
3.      Apa gejala dari fraktur klavikula?
4.      Apa pengertian dari fraktur humerus?
5.      Apa gejala dari fraktur humerus?
6.      Apa pengertian dari fraktur femoralis?
7.      Apa gejala dari fraktur femoralis?


1.3         Tujuan
2.      Untuk mengetahui pengertian dari fraktur
3.      Untuk mengetahui pengertian  klavikula
4.      Untuk mengetahui gejala dari fraktur klavikula
5.      Untuk mengetahui pengertian dari fraktur humerus
6.      Untuk mengetahui gejala dari fraktur humerus
7.      Untuk mengetahui pengertian dari fraktur femoralis
8.      Untuk mengetahui gejala dari fraktur femoralis





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Fraktur
A.    Pengertian
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.

B.     Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya :
a. Trauma
1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.


b. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
d. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

C.      Manifestasi Klinis
a.       Nyeri lokal
b.      Pembengkakan
c.       Eritema
d.      Peningkatan suhu
e.       Pergerakan abnormal

D.    Klasifikasi / Jenis.
a)      Fraktur komplet : Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal.
b)      Fraktur tidak komplet : Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
c)      Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit.
d)      Fraktur terbuka : Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing)
1)      Grade I      : Luka bersih, panjang
2)     Grade II     : Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
3)     Grade III   : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, merupakan yang paling berat.
e)      Jenis khusus fraktur
1)      Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkok.
2)      Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3)      Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
4)      Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang
5)      Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
6)      Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)
7)      Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
8)      Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel, tumor)
9)      Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya
10)   Epifiseal : Fraktur melalui epifisis
11)   Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

E.     Proses Penyembuhan Tulang
a.       Stadium Pembentukan Hematoma
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak, hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 – 2 x 24 jam.
b.      Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.
c.       Stadium Pembentukan Kallus
Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6 – 10 hari setelah kecelakaan terjadi.
d.      Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 – 10 setelah kecelakaan.
e.       Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur. Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

F.      Konsep Dasar Penanganan Faktur
Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :
a.       Rekognisi
Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.
b.      Reduksi
Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal.
c.       Retensi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna.
d.      Rehabilitasi
Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah.
G.     Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus

b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.
3) Osteomielitis kronis
4) Osteoporosis pasca trauma
5) Ruptur tendon

2.2  Fraktur Klavikula
A.    Pengertian
Klavikula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih besar dan menuju ke anterior. Lengkungan bagian lateral lebih kecil dan menghadap ke posterior. Ujung medial clavicula disebut extremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan uJung lateral disebut extremitas acromialis, membentuk persendian dengan acromion. Facies superior clavicula agak halus, dan pada facies inferior di bagian medial terdapat tuberositas costalis. Disebelah lateral tuberositas tersebut terdapat sulcus subclavius, tempat melekatnya m. Subclavius, dan disebelah lateralnya lagi terdapat tuberositas coracoidea, tempat melekat lig. Coracoclaviculalis.
Clavicula adalah tulang yang paling pertama mengalami pertumbuhan pada masa fetus, terbentuk melalui 2 pusat ossifikasi atau pertulangan primer yaitu medial dan lateral clavicula, dimana terjadi saat minggu ke-5 dan ke-6 masa intrauterin. Kernudian ossifikasi sekunder pada epifise medial clavicula berlangsung pada usia 18 tahun sampai 20 tahun. Dan epifise terakhir bersatu pada usia 25 tahun sampai 26 tahun.
Pada tulang ini bisa terjadi banyak proses patologik sama seperti pada tulang yang lainnya yaitu bisa ada kelainan congenital, trauma (fraktur), inflamasi, neoplasia, kelainan metabolik tulang dan yang lainnya. Fraktur clavicula bisa disebabkan oleh benturan ataupun kompressi yang berkekuatan rendah sampai yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur tertutup ataupun multiple trauma.
Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru lahir,yang mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada kelahiran sungsang. Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi, ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi tersebut. Diagnosis dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.

B.    Epidemiologi
Menurut data epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40 kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1. Fraktur pada midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua fraktur clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian proximal sekitar 5%.
Sekitar 2% sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur clavicula. Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur clavicula sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga merupakan kasus trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213 kasus kelahiran anak yang hidup.

C.   Etiologi ( Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat kecelakaan apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa penyebab pada fraktur clavicula yaitu :
1.     Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama proses melahirkan.
2.     Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian dan yang lainnya.
3.     Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya pada pelajar yang menggunakan tas yang terlalu berat.
4.     Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi, keganasan clan lain-lain.
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat trauma jalan lahir dengan gejala:
1.      Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,
2.      Krepitasi dan ketidakteraturan tulang,
3.      Kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur,
4.      Tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena,
5.     Adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.
6.      Biasanya diikuti palsi lengan

Faktor predisposisi fraktur klavikula adalah:
1.      Bayi yang berukuran besar
2.      Distosia bahu
3.      Partus dengan letak sungsang
4.      Persalinan traumatic .

Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada clavicula tersebut. Ada tiga lokasi pada clavicula yang paling sering mengalami fraktur yaitu pada bagian midshape clavikula dimana pada anak-anak berupa greenstick, bagian distal clavicula dan bagian proksimal clavicula. Menurut Neer secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu :
1.     Tipe I : Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering terjadi fraktur.
2.     Tipe II : Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami fraktur setelah midclavicula.
3.     Tipe III: Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling jarang terjadi dari semua jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%.
Ada beberapa subtype fraktur clavicula bagian distal, menurut Neer ada 3 yaitu :
1.      Tipe I  :  merupakan fraktur dengan kerusakan minimal, dimana ligament tidak mengalami kerusakan.
2.      Tipe : merupakan fraktur pada daerah medial ligament coracoclavicular.
3.      Tipe III: merupakan fraktur pada daerah distal ligament coracoclavicular dan melibatkan permukaan tulang bagian distal clavicula pada AC joint.

D. Diagnosis  
Hasil pemeriksaan
1.    Adanya pembengkakan pada sektor daerah fractur.
2.    Krepitasi.
3.    Pergerakan lengan berkurang.
4.    Iritable selama pergerakan lengan.
Diagnosis RO tidak selalu diindikasikan, 80% tidak mempunyai gejala dan hanya didapatkan hasil pemeriksaan yang minimal.

E. Penatalaksanaan                                                                                       
Adapun penatalaksanaan terhadap bayi yang mengalami fraktur klavikula, yaitu:
1.      Bayi jangan banyak digerakkan
2.      Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang akit dan abduksi lengan dalam stanhoera menopang bahu belakang dengan memasang ransel verband
3.      Rawat bayi dengan hati-hati
4.     Nutrisi yang adekuat (pemberian asi yang adekuat dengan cara mengajarkan pada ibu acar pemberian asi dengan posisi tidur, dengan sendok atau pipet)
       5.      Rujuk bayi kerumah sakit
 Umumnya 7-10 hari sakit berkurang, pembentukan kalus bertambah beberapa bulan (6-8 minggu) terbentuk tulang normal.

2.3  Fraktur Humerus
A.    Pengertian
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2004) Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung.
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang.
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
B.     Klasifikasi
Fraktur atau patah tulang humerus terbagi atas :
1.      Fraktur Suprakondilar humerus
Jenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi :
a.      Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasidan lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfikasi
b.      Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi
2.      Fraktur interkondiler humerus
Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler medialis humerus
3.      Fraktur batang humerus
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi)
4.      Fraktur kolum humerus
Fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak di bawah kaput humeri) dan kolum sirurgikum (terletak di bawah tuberkulum)

C.    Etiologi
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
Fraktur menurut Strek,1999 terjadi paling sering sekunder akibat kesulitan pelahiran (misalnya makrosemia dan disproporsi sefalopelvik, serta malpresentasi).

D.    Gejala
1)      Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
2)      Refleks moro asimetris
3)      Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
4)     Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.




E.   Gejala klinis
1.      Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki yang berkurang dan asimetris.
2.      Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang femur.
3.      Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.

F.     Penanganan
1.      Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10 sampai 14 hari serta control nyeri
2.      Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan dengan deformitas, umumnya akan baik.
3.      Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal

2.4  Fraktur Femur
A.    Pengertian
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

B.   Anatomi Fisiologi Fraktur.
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

C.     Klasifikasi Fraktur
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1.      Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.
• Melalui kepala femur (capital fraktur)
• Hanya di bawah kepala femur
• Melalui leher dari femur
2.      Fraktur Ekstrakapsuler;
• Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
• Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

D.    Patofisiologi Fraktur
Penyebab Fraktur Adalah Trauma Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
• Osteoporosis Imperfekta
• Osteoporosis
• Penyakit metabolic

E.     Trauma
Dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan).
2.      Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

F.      Tanda Dan Gejala Fraktur
• Nyeri hebat di tempat fraktur
• Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
• Rotasi luar dari kaki lebih pendek
•Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

G.    Penatalaksanaan Medik Fraktur
• X.Ray
• Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
• Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
• CCT kalau banyak kerusakan otot.







BAB III
PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih besar dan menuju ke anterior. Lengkungan bagian lateral lebih kecil dan menghadap ke posterior.
Gejala yang tampak pada fraktur klavikula adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi, ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi tersebut.
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas.
Gejala terjadinya fraktur humerus, antara lain:
1.         Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
2.         Refleks moro asimetris
3.         Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
4.         Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
5.         Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologic

Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur di daerah kaput, kolum, trokanter, subtrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan tindakan operatif.
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functio laesa, nyeri tekan, dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior, endo/eksorotasi. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah.
3.2         Saran
Untuk bidan sebaiknya  lebih teliti mendiagnosis secara dini terhadap letak dan presentasi janin agar dapat mengurangi terjadinya fraktur. Bidan sebaiknya memiliki pengetahuan yang luas tentangb fraktur agar dapat member penanganan segera pada fraktur.
Untuk masyarakat luas sebaiknya lebih memperhatikan penyebab-penyebab terjadinya fraktur,agar dapat mengurangi terjadinya fraktur.







Tidak ada komentar: