BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selaput ketuban
yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel
seperti selepitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam
metrics kolagen. Selaput
ketuban berfungsi menghasilkan
air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi.
Dalam keadaan normal, selaput
ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam
keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1%
dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan
dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagenmatriks eksta
seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan
desidua bereaksi terhadap stimuli, seperti infeksi dan peregangan selaput
ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan
protein hormone.
B. Tujuan
1. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan IV.
2. Untuk
mengetahui definisi, penyebab, tanda dan gejala, diagnosis, patofisiologi dari ketuban
pecah dini.
3. Untuk mengetahui
penatalaksanaan dari ketuban pecah dini.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi
pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald,
gant, 2002). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum
persalinan berlangsung (Manuaba, 2002).
Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah
KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
B. PENYEBAB
Ketuban
pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi
obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1.
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut
kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu
menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan
trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan
robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).
2.
Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat
secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a.
Trauma : Hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, amniosintesis
b.
Gemelli, Kehamilan kembar adalah
suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi
uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih
besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah. (Saifudin. 2002)
c.
Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
d.
Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
3.
Kelainan letak janin dan rahim :
letak sungsang, letak lintang.
4.
Kemungkinan kesempitan panggul :
bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).
5.
Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6.
Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah
mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7.
Faktor keturunan (ion Cu serum
rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
8.
Riwayat KPD sebelumya
9.
Kelainan atau kerusakan selaput
ketuban
10.
Serviks (leher rahim) yang pendek
(<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti
bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
D. DIAGNOSIS
1.
Pastikan selaput ketuban pecah.
2.
Tanyakan waktu terjadi pecah
ketuban.
3.
Cairan ketuban yang khas jika keluar
cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.
4.
Jika tidak ada dapat dicoba dengan
menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau
mengedan.
5.
Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes), jika lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari vagina adalah
4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki
hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah,
semen, lendir leher rahim, dan air seni.
6.
Tes Pakis, dengan meneteskan cairan
ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun pakis.
7.
Tentukan usia kehamilan, bila perlu
dengan pemeriksaan USG.
8.
Tentukan ada tidaknya infeksi.
9.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu
ibu lebih dari 38OC serta cairan ketuban keruh dan berbau.
10.
Leukosit darah lebih dari
15.000/mm3.
11.
Janin yang mengalami takikardi,
mungkin mengalami infeksi intrauterin.
12.
Tentukan tanda-tanda persalinan.
13.
Tentukan adanya kontraksi yang
teratur.
14.
Periksa dalam dilakukan bila akan
dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan )
Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
b.
Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
c.
Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
d.
Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum
menunjukkan peringatan korioamnionitis
E. PATOFISIOLOGI
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan
kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan
infeksi (sampai 65%).
High
virulensi : Bacteroides
Low
virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat
pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system
aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
F. PENGARUH KPD
1.
Terhadap Janin: Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin
sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi
(amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan
meninggikan morrtalitas dan morbiditas perinatal.
2.
Terhadap Ibu: Karena jalan telah
terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering
diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas,
peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena
terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi
cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.
G.
KOMPLIKASI KPD
Komplikasi
yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.
1.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu
50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu.
2.
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
3.
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan
antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
4.
Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal
H. PENANGANAN
1.
Konservatif
a.
Rawat di rumah sakit
b.
Jika ada perdarahan pervaginam
dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
c.
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam
dan cairan vagina berbau), berikan antibiotika sama halnya jika terjadi
amnionitosis
d.
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan
< 37 minggu:
-
Berikan antibiotika untuk mengurangi
morbiditas ibu dan janin
-
Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari
ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
e.
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg,
belum inpartu, tidak ada infeksi, beri dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
f.
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg
dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan
induksi setelah 24 jam.
2.
Aktif
a.
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi
dengan oksitosin
b.
Bila gagal Seksio Caesaria dapat
pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam
max 4 x.
c.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan
antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Indikasi melakukan induksi
pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
1)
Pertimbangan waktu dan berat janin
dalam rahim. Pertimbangan waktu apakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin
sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2)
Terdapat tanda infeksi intra uteri.
Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda
infeksi melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air
ketuban
Penatalaksanaan lanjutan :
1.
Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2
jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil.
2.
Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan
DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ
dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik
secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat
janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan
infeksiuteri.
3.
Hindari pemeriksaan dalam yang tidak
perlu.
4.
Ketika melakukan pemeriksaan dalam
yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
a.
Apakah dinding vagina teraba lebih
hangat dari biasa
b.
Bau rabas atau cairan di sarung tangan
anda
c.
Warna rabas atau cairan di sarung
tangan
5.
Beri perhatian lebih seksama
terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran jelas dari setiap infeksi yang
timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko
infeksi dan tidak perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena
ia akan diurus sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau
timbul tanda dan gejala korioamninitis.
Jika timbul tanda dan gejala
korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter, guna
menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina
atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.
B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada
wanita dan keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut
yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan
korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode
tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan pasien
dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting
untuk kelanjutan kehamilan.
DAFTAR
PUSTAKA
Chandranita, Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal .
Jakarta: YBP-SP
LAMPIRAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PATOLOGI
Ny “R” 23 thn G1P0A0 Ah0
UK 39 minggu
dengan Ketuban
Pecah Dini
Di RS Umi
Barokah, Boyolali
No. Register :
0195540612
Masuk RS/PKM/BPM
Tanggal/Pukul : 20 juni
2012, Pukul: 07.30 WIB
Dirawat di ruang : -
I.
PENGKAJIAN
DATA, Tanggal/Pukul : 20 juni 2012/07.30WIB Oleh : Bidan
A.
Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny R Tn.
B
Umur : 23 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wiraswasta
Alamat : Geger, RW
11/RT 2 Geger,
RW 11/RT 2
banyudono boyolali banyudono boyolali
B.
Data
Subjektif
1.
Alasan
datang/dirawat
Rujukan
puskesmas dengan indikasi Ketuban pecah dini 5 jam
2.
Keluhan utama
Ibu
mengatakan merasa perutnya mules dan kenceng-kenceng sejak pukul 01.00 WIB,
mengeluarkan lendir darah sejak pukul 06.30 WIB
3. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 30 hari
Lama : 6 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair Keluhan : tidak ada
4.
Riwayat perkawinan
Status perkawinan : sah Menikah ke : I
Lama : 1tahun Usia menikah
pertama kali : 22 th
5.
Riwayat obstetrik : G1P0A0 Ah0
Hamil
ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||
Tanggal
|
Umur
kehamilan
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
Komplikasi
|
JK
|
BB
lahir
|
Laktasi
|
Komplikasi
|
|
Hamil
ini
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6.
Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No
|
Jenis kontrasepsi
|
Pasang
|
Lepas
|
||||||
tanggal
|
oleh
|
Tempat
|
keluhan
|
tanggal
|
Oleh
|
tempat
|
alasan
|
||
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
7.
Riwayat
Kehamilan Sekarang
a.
HPM : 20-09-2011 HPL : 27-06-2012
b.
ANC pertama
umur kehamilan : 4 minggu
c.
Kunjungan
ANC
Trimester I
Frekuensi : 2 kali
Keluhan : Mual,
muntah, sering kencing
Komplikasi : Tidak ada
Terapi : vit. B6 (jika
mual), asam folat 1x1
Trimester II
Frekuensi : 3 kali
Keluhan : pusing
Komplikasi : Tidak ada
Terapi : tablet fe
1x1, kalk 1x1
Trimester III
Frekuensi : 2 kali
Keluhan : pegel-pegel pada pinggang
Komplikasi : tidak ada
Terapi : tablet fe
1x1, kalk 1x1
d.
Imunisasi
TT : 2 kali
TT 1 : Tanggal 01 maret 2011
TT 2 : Tanggal
01 april 2011
TT 3 : Tanggal
-
TT 4 : Tanggal
-
TT 5 : Tanggal
-
e.
Pergerakan
janin dalam 24 jam (dalam sehari )
Ibu mengatakan merasakan pergerakan janin sebanyak kurang
lebih 24x dalam sehari (24
jam).
8.
Riwayat
kesehatan
1.
Penyakit
yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular (TBC, HIV/AIDS, hepatitis, PMS), Menurun (hipertensi,
asma, DM) dan menahun
(ginjal, jantung).
2.
Penyakit
yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan
menahun)
Ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu maupun suami tidak pernah/sedang
menderita penyakit menular (TBC, HIV/AIDS, hepatitis, PMS), Menurun (hipertensi,
asma, DM) dan menahun
(ginjal, jantung)
3.
Riwayat
keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak memiliki keturunan kembar
4.
Riwayat
operasi
Ibu mengatakan tidak pernah operasi caesar, appendicitis, maupun operasi lainnya.
5.
Riwayat
alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada alergi obat.
9.
Pola
pemenuhan kebutuhan
Sebelum
hamil
a.
Pola nutrisi
Makan minum
Frekuensi : 3x/hari 8x/hari
Porsi : 1
piring 1 gelas
Jenis : Nasi,
sayur, lauk Air
putih, susu
Pantangan :Tidak ada Tidak ada
Keluhan :Tidak ada Tidak ada
b. Pola eliminasi
BAB BAK
Frekuensi : 1x/hari 6x/hari
Konsistensi : Lunak Cair
Warna : Khas
feses Khas urine
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
c. Pola istirahat
Tidur siang Tidur
malam
Lama : 1 jam 8 jam
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
d. Personal hygiene
Mandi :
2x/hari
Ganti pakaian luar :
2x/hari
Ganti pakaian dalam :
2x/hari
Gosok gigi :
2x/hari
Keramas :
3x/minggu
e. Pola seksualitas
Frekuensi :
2x/minggu
Keluhan :
Tidak ada
f.
Pola
aktivitas ( terkait kegiatan fisik, olah raga )
-
Ibu
mengatakan sering mengikuti senam saat
hamil
-
Ibu
mengatakan melakukan kegiatan fisik yaitu melakukan pekerjaan
rumah tangga
10.
Kebiasaan
yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan seperti merokok, minum jamu, dan
minum minuman beralkohol.
11.
Data
psikososiospiritual, (persiapan
menghadapi persalinan)
-Ibu mengatakan sudah siap menghadapi persalinan.
-Ibu mengatakan sudah
menyiapkan perlengkapan persalinan meliputi perlengkapan ibu dan bayi.
12. Pengetahuan ibu ( tentang
kehamilan , persalinan , laktasi dan masa nifas )
- Ibu mengatakan
sudah mengetahui tentang proses
terjadinya kehamilan dan tanda bahaya kehamilan
- Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang tanda-tanda persalinan
- Ibu mengatakan belum
mengetahui tentang laktasi dan masa nifas
13. Lingkungan yang
berpengaruh
- Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah bersih dan nyaman
- Ibu mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan
C.
Data
Objektif
1.
Pemeriksaan
umum
Keadaan umum : sedang Kesadaran : Compos
mentis
Status
emosional : Stabil
Tanda vital
Tekanan darah :
110/80 mmHg Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit Suhu : 36,2 0c
BB sebelum
hamil : 40 kg TB : 150 cm
BB
saat hamil : 51 kg
2.
Pemeriksaan
Fisik
Kepala : mesocephalus, tidak ada benjolan, kulit kepala bersih, tidak ada nyeri
tekan.
Rambut : lurus, hitam, tidak ada ketombe atau kutu.
Wajah : oval, tidak pucat, tidak ada bekas luka, terdapat cloasma gravidarum.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih bersih, tidak ada sekret,
tidak strabismus.
Hidung : bersih,lubang hidung simetris, tidak ada sekret, tidak
ada polip.
Mulut : rongga mulut bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, tidak ada peradangan pada gusi, tidak ada
pembesaran kelenjar tonsil.
Telinga : simetris, ada 2 lubang telinga, bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar parotis, kelenjar limfe, dan vena jugularis.
Dada : tidak ada retraksi dinding dada,
pernapasan teratur, tidak ada wheezing.
Payudara : simetris, tidak ada tarikan, puting
susu menonjol, kolustrum sudah keluar, tidak ada benjolan atau massa.
Abdomen : tidak ada bekas operasi, terdapat linea nigra dan
striae gravidarum, TFU 2 jari di
bawah px
Palpasi
Leopold I : Di fundus
teraba bulat, lunak, tidak melenting berarti bokong.
Leopold II : Di kanan ibu teraba keras, memanjang berarti punggung. di kiri ibu teraba
bagian kecil-kecil janin berarti ekstremitas.
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting berarti kepala.
Leopold IV : Divergen, berarti bagian terendah janin sudah masuk panggul.
Osborn test : Tidak dilakukan
Menurut Mc.
Donald
TFU : 30 cm TBJ : (30 – 11) x 155 = 2945 gram
Auskultasi
DJJ : 138 x/menit
Ekstremitas
Atas : simetris, gerakan aktif, tidak ada oedem, tidak ada polidaktili, jari lengkap.
Bawah : simetris, gerakan aktif, tidak ada oedem, tidak ada virises, tidak ada sianosis,
tidak ada polidaktili
Genetalia : terdapat lendir darah, dan air ketuban terlihat
merembes, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,tidak ada varises
Pemeriksaan dalam : tanggal 20 juni 2012, pukul
07.30 WIB
Tujuan :
untuk mengetahui jauhnya persalinan
Indikasi :
kenceng-kenceng teratur, keluar air ketuban
Hasil :
vulva uretra tenang,dinding vagina licin, portio masih tebal, pembukaan 1 cm,
selaput ketuban sudah pecah, air ketuban jernih, STLD +
3.
Pemeriksaan penunjang Tanggal: 20 juni 2012, Pukul: 08.00
WIB
Golongan
darah : AB
HbsAg : negatif (-)
HB : 13 g/dL
4.
Data penunjang
Tidak ada
II.
INTERPRETASI
DATA
A.
Diagnosa
kebidanan
Ny ‘R’ umur 23 tahun G1P0A0 Ah0 UK 39 minggu , janin tunggal hidup, preskep, puka, dengan
ketuban pecah dini 5 jam, dalam persalinan kala 1 fase laten
Data Dasar :
Ds : -Ibu mengatakan umurnya 23 tahun
-Ibu
mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan belum pernah keguguran
-Ibu
mengatakan HPHT tanggal 20-09-2011
Do : -KU: sedang -Kesadaran : composmentis
-TD:110/80 mmHg -pernapasan :
24x/menit
- Nadi : 84 x/menit - Suhu : 36,20C - DJJ : 138 x/menit
- BB : 51 kg - TB : 150 cm - TFU : 30 cm
- Leopold I : bokong
-Leopold II : Puka
-Leopold III : kepala.
-Leopold IV :sudah masuk panggul
PD I:
vulva uretra tenang, dinding vagina licin, porsio tebal, pembukaan 1 cm,
selaput ketuban sudah pecah, air ketuban jernih, STLD +
B.
Masalah
Tidak ada
Data dasar :
Tidak ada
III.
IDENTIFIKASI
DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
-
Infeksi
-
Gawat janin
-
IV.
TINDAKAN
SEGERA
A.
Mandiri
Perbaikan
KU (pasang infus)
B.
Kolaborasi
Dr. SP.Og
untuk pemberian terapi dan tindakan operasi Secio Caesaria (SC)
C.
Merujuk
Tidak ada
V.
PERENCANAAN Tanggal : 20 Juni
2012 Pukul
: 07.35 WIB
1.
Beri tahu kepada
ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2.
Pasang infus
3.
Inform consent kepada ibu dan
keluarga
4.
Ajarkan ibu teknik relaksasi
5.
Siapkan pasien pre operasi
6.
Pantau suhu, nadi dan DJJ
7.
Pindahkan ibu ke brankat
8.
Atur posisi ibu agar nyaman dan
Beri dukungan
9.
Antar pasien ke ruang operasi
10.
Dokumentasikan hasil
VI.
PELAKSANAAN Tanggal: 20 Juni
2012 Pukul : 07.40 WIB
1.
Memberitahukan
kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan. TD: 110/80 mmHg, N: 84x/menit,
S: 36,20C, R: 24x/menit, Djj
:138x/menit,ibu mengalami ketuban pecah dini 5 jam, pembukaan 1 cm.
2.
Memasang infus RL 20 tmp untuk
memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dan memperbaiki keadaan umum ibu serta
melakukan kolaborasi dengan dokter SP.Og
3.
Melakukan inform consent kepada
ibu dan keluarga bahwa demi memperkecil adanya komplikasi karena ketuban pecah
dini yang dialami oleh ibu, maka ibu akan dilakukan operasi SC untuk melahirkan
bayi mengingat kondisi ibu yang sudah lemah serta tidak memungkinkan bila akan
dilahirkan secara normal pervaginam.
4.
Mengajarkan kepada ibu teknik
relaksasi dengan menarik nafas panjang dari hidung dan mengeluarkan dari mulut,
atau bisa juga dengan membantu ibu memilih posisi yang nyaman seperti miring ke
kiri, dapat dilakukan ketika ada kontraksi.
5.
Menyiapkan pasien preoprasi yaitu
ibu dianjurkan untuk berpuasa 6 jam sebelum dan sesudah operasi, menganjurkan
ibu untuk membersihkan diri, mengganti baju ibu dengan baju operasi,
membersihkan rambut pubis ( scaren ), melakukan vulva hygine, memasang selang
kateter, menyiapkan perlengkapan ibu seperti kain, pampers, baju ibu dan
perlengkapan bayi seperti baju, popok, kain bedong, penutup kepala, kaos tangan
dan kaki.
6.
Memantau keadaan ibu dengan
mengukur suhu dan denyut nadi ibu tiap 2 jam, dan DJJ tiap 1 jam sekali sebelum
tindakan operasi SC dimulai.
7.
Memindahkan ibu ke brankat yang
akan digunakan untuk mengantar ibu ke ruang operasi (OK).
8.
Mengatur posisi ibu agar nyaman
dan memberi dukungan kepada ibu dengan melibatkan suami, orang tua atau orang
terdekat ibu agar ibu merasa nyaman dan tidak merasa sendiri ketika akan
menghadapi proses operasi.
9.
Mengantar pasien ke ruang operasi
(OK).
10.
Mendokumentasikan tindakan dan
hasil tindakan yang telah dilakukan.
VII.
EVALUASI Tanggal : 20 Juni
2012 Pukul : 07.50 WIB
1.
Ibu dan keluarga sudah mengatahui
hasil pemeriksaan dan keadaan ibu sekarang.
2.
Infus RL 20 tetes/menit sudah
dipasang.
3.
Keluarga setuju bila ibu harus
dilakukan tindakan operasi SC demi keselamatan ibu dan bayi.
4.
Ibu sudah dapat mempraktekkan
teknik relaksasi dengan benar.
5.
Cateter sudah terpasang dan ibu
sudah siap untuk di operasi
6.
Nadi, suhu dan DJJ sudah di
pantau dan hasilnya normal.
7.
Ibu sudah berada di atas brankat.
8.
Ibu dalam keadaan nyaman dan
percaya diri bahwa operasi akan berjalan dengan lancar.
9.
Pasien sudah berada di ruang
operasi.
10. Hasil
tindakan sudah di dokumentasikan.
KALA IV
I.
DATA SUBYEKTIF, Tanggal : 20 Juni
2012 Pukul : 13.30 WIB
-
Ibu mengatakan sangat senang
bayinya sudah lahir dengan selamat
-
Ibu mengatakan badannya masih
teras lemas, gemetar dan ingin muntah
II.
DATA OBYEKTIF, Tanggal : 20 Juni
2012 Pukul : 13.30 WIB
-
TTV :
Tekana darah : 123/91 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Repirasi : 21 x/menit
Suhu : 36,5 0C
-
Bayi lahir tanggal 20 Juni 2012
pukul 13.00 WIB, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan.
-
Plasenta sudah lahir, kotiledon
lengkap, tidak ada lobus tambahan, insersi tali pusat sentralis, panjang tali
pusat : 60 cm, berat tali pusat : 500 gram.
-
TFU : 2 jari dibawah pusat
-
Kontraksi : baik dan keras
III.
ASESSMENT
1.
Diagnosa kebidanan
Seorang ibu Ny. ‘R’ umur 23 tahun
P1A0Ah1 dalam persalinan kala IV
2.
Diagnosa Masalah
Tidak ada
IV.
PENATALAKSANAAN, Tanggal : 20
Juni 2012, Pukul: 13.35 WIB
1.
Melakukan observasi meliputi
tekanan darah, nadi, respirasi, urine, kontraksi dan perdarahan tiap 15 menit
dalam 1 jam diruang operasi (OK).
Ibu sudah di observasi dan
keadaannya normal.
2.
Merapikan ibu dengan memakaikan
ibu pampers, memasang kain atau jarik, dan memberikan selimut.
Ibu sudah memakai pampers, kain
jarik dan selimut.
3.
Memantau tetesan infus untuk
mengatahui/ mengontrol cairan yang masuk ke tubuh ibu.
Tetesan 20 tetes per menit.
4.
Memindahkan ibu ke brankat dan
mengantar ibu kembali ke kamarnya setelah 1 jam pemantauan di ruang operasi
(OK)
Ibu sudah dipindahkan kekamarnya.
5.
Memberikan konseling pasca
operasi kepada ibu dan keluarga bahwa ibu harus berpuasa selama 6 jam setelah
tindakan operasi dengan tidak minum atau makan, ibu tidak boleh terlalu banyak
gerak dan gemetar atau rasa ingin muntah yang ibu rasakan saat ini adalah efek
dari obat bius serta akan hilang dengan sendirinya, jadi ibu dan keluarga tidak
perlu khawatir.
Ibu dan keluarga sudah mengerti
tentang tindakan yang harus dilakukan pasca operasi.
6.
Menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya bila keadaan ibu sudah memungkinkan, ibu bisa menyusui bayinya dengan
cara berbaring di tempat tidur dan meletakkan bayi di samping ibu.
Ibu sudah menyusui bayinya.
7.
Mendokumentasikan hasil tindakan.
Hasil tindakan sudah
didokumentasikan.
No. Reg : 0195540612 Nama pasien : Ny. ‘R’ Umur : 23 tahun Nama suami : Tn. ‘B’
G1P0A0 Ah0 Alamat : Geger, RW 11/ RT 2, Banyudono,
Tugusari, Banyudono, Boyolali
Masuk tgl/jam : 20 Juni 2012/
07.30 WIB, Ketuban pecah sejak pukul : 03.00 WIB,
Mules sejak pukul 01.00 WIB.
Tgl
|
Jam
(WIB)
|
DJJ
(x/
ment)
|
HIS
|
NADI
(x/mnit)
|
SUHU
(0C)
|
LAIN-LAIN
(TD,Ketuban,PD,Px.penunjang)
|
||
Frek
(x/10
menit)
|
Durasi
(detik)
|
Kekuatan
|
||||||
20/06/12
|
07.30
|
138
|
2
|
20
|
sedang
|
80
|
36,5
|
TD:120/70
mmHg,ketuban pecah sejak 5jam yang lalu,PD:vulva uretra tenang,dinding vagina
licin, porsio masih tebal, selaput ketuban sudah pecah, STLD +
|
08.00
|
135
|
2
|
30
|
sedang
|
||||
09.00
|
134
|
3
|
30
|
sedang
|
82
|
36,5
|
||
10.00
|
136
|
3
|
30
|
sedang
|
||||
11.00
|
140
|
3
|
35
|
sedang
|
84
|
36,7
|
||
12.00
|
140
|
3
|
35
|
sedang
|
83
|
36,7
|
Lakukan
operasi SC !!!
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar