Rabu, 17 April 2013

KONTRASEPSI



BAB II
PEMBAHASAN

A.             Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma. Pelayanan kontrasepsi (PK) merupakan salah satu komponen dalam pelayanan kependudukan/KB.


B.                 Tujuan Kontrasepsi
1.      Untuk menunda kehamilan
2.      Untuk menjarangkan kehamilan
3.      Untuk menghentikan kehamilan / mengakhiri kehamilan / kesuburan

C.                 Syarat-Syarat Alat Kontrasepsi
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut:
1.      Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan
2.      Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan.
3.      Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat.
4.      Terjangkau harganya oleh masyarakat
5.      Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap (Kusumaningrum, 2009).
D.             Sasaran
1.      Pasangan usia subur
Semua Pasangan Usia Subur yang     ingin menunda, menjarangkan kehamilan dan mengatur jumlah anak.
2.      Ibu yang mempunyai banyak anak
Dianjurkan memakai kontrasepsi untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang disebabkan karena faktor multiparitas (banyak melahirkan anak)
3.      Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan
Ibu yang mempunyai penyakit yang bisa membahayakan keselamatan jiwanya jika dia hamil, maka ibu tersebut dianjurkan memakai kontrasepsi.

E.                 Metode Kontrasepsi
1    Metode Alamiah
      a.   Coitus Interruptus (Sanggama Terputus)
   Aksi ini dapat mencegah terjadinya pembuahan yang berujung pada kehamilan. Coitus Interruptus dapat diartikan sebagai senggama terputus atau dalam artian penis dikeluarkan dari vagina sesaat seblum ejakulasi terjadi. Dengan cara ini diharapkan cairan sperma tidak akan masuk kedalam rahim serta mengecilkan kemungkinan bertemunya sperma dengan sel telur yang dapat mengakibatkan terjadinya pembuahan.
Teknik ini membutuhkan pastisipasi yang besar dari pasangan Anda . Selain itu juga menuntut jiwa yang besar dari Anda dan pasangan alias siap mental jika ternyata metode tersebut gagal. Faktor kegagalan dari metode ini memang cukup tinggi karena bisa saja sperma telah keluar sebelum orgasme. Dengan kata lain sperma sudah terlepas dan berenang cepat menuju sel telur sesaat sebelum penis ditarik keluar.
EFEKTIF : Bagi wanita yang suami atau pasangannya mampu mengontrol waktu ejakulasi.
Sanggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

"CARA KERJA"
Alat kelamin (penis) di keluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat di cegah.

"MAMFAAT"
Kontrasepsi
-Efektif bila dilaksanakan dengan benar
-Tidak menggangu produksi ASI
-Dapat di gunakan sebagai pendukung KB lainnya
-Tidak ada efek samping
-Dapat di gunakan setiap waktu
-Tidak membutuhkan biaya

"KETERBATAASAN"
~Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan sanggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
~Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat
pada penis.
~Memutuskan kenikmatan dalam ber hubungan seksual.

"DAPAT DIPAKAI UNTUK"
-Suami yang ingin berpatisipasi aktif dalam keluarga berencana
-Pasangan yang taat beragama atau mempmyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode lain
-Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
-Pasangan membutuhkan metode pendukung
-Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur

"TIDAK DAPAT DI PAKAI UNTUK"
~Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
~Suami yang sulit melakukan sanggama terputus
~Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologi
~Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama
~Pasangan yang kurang dapat bekerja sama
~Psangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus

      b.   Sistem Kelender (Pantang Berkala)
Metode ini disebut juga dengan The Rhythm Method. Jika cara ini jadi pilihan maka pengetahuan Anda tentang masa subur atau fertility awareness harus tinggi. Anda harus mengetahui dengan tepat masa subur atau saat yang paling memungkinkan Anda mengalami kehamilan. Bila Anda memang ingin menunda kehamilan, maka pada saat tubuh memasuki masa subur tundalah keinginan berhubungan intim dengan pasangan. Atau Anda dan pasangan tetap melakukan hubungan seksual tapi menggunakan kondom. "Perhatikan terlebih dahulu siklus mentruasi Anda selama 3 bulan kalau perlu 6 bulan guna mendapatkan perhitungan waktu siklus mentruasi yang tepat, menurut Dr. Prima masa "aman" seorang wanita adalah 2 hari setelah mentruasi hingga 14 hari menjelang mentruasi berikutnya buat yang memiliki siklus haid pendek.
Jika siklus menstruasi Anda panjang, maka masa "aman" 2 hari setelah haid hingga 16 hari menjelang menstruasi yang akan datang. Namun perlu di ingat sebenarnya masa subur sangat sulit ditebak dengan pasti jadi masih ada kemungkinan Anda mengalami "kebobolan"
EFEKTIF: Bagi wanita dengan siklus mentruasi teratur. Buat mereka yang siklus haidnya tidak teratur akan sulit untuk menggunakan metode ini, karena kesulitan menentukan masa subur.

Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender.
Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.

Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil.
Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:
  1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
  2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
  3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
  4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
  5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
  6. Tidak memerlukan biaya.
  7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
  1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
  2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
  3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
  4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
  5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
  6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
  7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
  1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
  2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
  3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
  4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
  5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
  1. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
  2. Fertility phase (masa subur).
  3. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi.
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi.


2.      Metode Perlindungan (Barrier)
      a.   Kondom
Penggunaan kondom cukup efektif selama digunakan secara tepat dan benar. Kegagalan kondom dapat diperkecil dengan menggunakan kondom secara tepat, yaitu gunakan pada saat penis sedang ereksi dan dilepaskan sesudah ejakulasi. Alat kontrasepsi ini paling mudah didapat serta tidak merepotkan.
Kegagalan biasanya terjadi bila kondom robek karena kurang hati-hati atau karena tekanan pada saat ejakulasi sehingga terjadi perembesan.
EFEKTIF: Bagi siapa saja. Alergi terhadap karet kondom adalah hal yang sangat jarang terjadi. Sebaiknya jika ada keluhan iritasi dan rasa tidak nyaman usai berhubungan, Anda wajib konsultasi dengan dokter dan mencari alternatif kontrasepsi lainnya.
Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom akan efektif apabila pemakaiannya baik dan benar. Selain itu, kondom juga dapat dipakai bersamaan dengan kontrasepsi lain untuk mencegah PMS.
Pengertian Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.
Jenis Kondom
Ada beberapa jenis kondom, diantaranya:
  1. Kondom biasa.
  2. Kondom berkontur (bergerigi).
  3. Kondom beraroma.
  4. Kondom tidak beraroma.
Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum populer.
Cara Kerja Kondom
Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:
  1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
  2. Sebagai alat kontrasepsi.
  3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab PMS.
Efektifitas Kondom
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Manfaat Kondom
Indikasi atau manfaat kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu manfaat secara kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Manfaat kondom secara kontrasepsi antara lain:
  1. Efektif bila pemakaian benar.
  2. Tidak mengganggu produksi ASI.
  3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
  4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
  5. Murah dan tersedia di berbagai tempat.
  6. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
  7. Metode kontrasepsi sementara
Manfaat kondom secara non kontrasepsi antara lain:
  1. Peran serta suami untuk ber-KB.
  2. Mencegah penularan PMS.
  3. Mencegah ejakulasi dini.
  4. Mengurangi insidensi kanker serviks.
  5. Adanya interaksi sesama pasangan.
  6. Mencegah imuno infertilitas.
Keterbatasan Kondom
Alat kontrasepsi metode barier kondom ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
  1. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
  2. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.
  3. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
  4. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
  5. Perasaan malu membeli di tempat umum.
  6. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.
Penilaian Klien
Klien atau akseptor kontrasepsi kondom ini tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah:
Baik digunakan
Tidak baik digunakan
Ingin berpartisipasi dalam program KB
Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan kontrasepsi
Alergi terhadap bahan dasar kondom
Ingin kontrasepsi sementara
Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan
Tidak mau terganggu dalam persiapan untuk melakukan hubungan seksual
Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan
Tidak peduli dengan berbagai persyaratan kontrasepsi
Beresiko tinggi tertular/menularkan PMS

Kunjungan Ulang
Saat klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam penggunaan kondom dan kepuasan dalam menggunakannya. Apabila masalah timbul karena kekurangtahuan dalam penggunaan, maka sebaiknya informasikan kembali kepada klien dan pasangannya. Apabila masalah yang timbul dikarenakan ketidaknyamanan dalam pemakaian, maka berikan dan anjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lainnya.
Penanganan Efek Samping
Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi kondom.
Efek Samping Atau Masalah
Kondom rusak atau bocor sebelum pemakaian
Buang dan pakai kondom yang baru atau gunakan spermisida
Kondom bocor saat berhubungan
Pertimbangkan pemberian Morning After Pil
Adanya reaksi alergi
Berikan kondom jenis alami atau ganti metode kontrasepsi lain
Mengurangi kenikmatan berhubungan seksual
Gunakan kondom yang lebih tipis atau ganti metode kontrasepsi lain


b.      Spermatisida
   Ini bahan sejenis bahan kimia aktif yang berfungsi "membunuh" sperma. Dapat berwujud cairan, krim atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Ketika memasukkan spermatisida kedalam vagina harus menggunakan alat yang telah disediakan dalam kemasan. sangat tidak diperbolehkan menggunakan tangan!. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut belum yang cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu kurang dari 6 jam usai senggama.
EFEKTIF: Dapat digunakan siapa saja dan untuk meningkatkan efektifitasnya, gunakan bersamaan dengan kondom serta vaginal diafragma.
Pengertian
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma.
Jenis
Jenis spermisida terbagi menjadi:
  1. Aerosol (busa).
  2. Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
  3. Krim.
Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut:
  1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
  2. Memperlambat motilitas sperma.
  3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
  1. Aerosol (busa) akan efektif setelah dimasukkan (insersi).
  2. Aerosol dianjurkan bila spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak sesuai dengan kondisi klien.
  3. Tablet vagina, suppositoria dan film sangat mudah dibawa dan disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15 menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
  4. Jenis spermisida jeli biasanya digunakan bersamaan dengan diafragma.
  1. Efektif seketika (busa dan krim).
  2. Tidak mengganggu produksi ASI.
  3. Sebagai pendukung metode lain.
  4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
  5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
  6. Mudah digunakan.
  7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
  8. Tidak memerlukan resep ataupun pemeriksaan medik.
Manfaat non kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Keterbatasan
  1. Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk, angka kegagalan 15 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100 perempuan akan hamil setiap tahun).
  2. Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom).
  3. Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
  4. Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
  5. Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.
  6. Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
  7. Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan.
Penilaian Klien
Meskipun tidak memerlukan pemeriksaan khusus, namun perlu diperhatikan kondisi pengguna alat kontrasepsi spermisida. Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Sesuai untuk klien yang:
Tidak sesuai untuk klien yang:
Tidak suka atau tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal (seperti perokok, wanita di atas 35 tahun)
Mempunyai resiko tinggi apabila hamil (berdasar umur, paritas, masalah kesehatan)
Lebih suka memasang sendiri alat kontrasepsinya
Terinfeksi saluran uretra
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi pendukung
Memerlukan metode kontrasepsi efektif
Tidak ingin hamil dan terlindung dari penyakit menular seksual, tetapi pasangannya tidak mau menggunakan kondom
Tidak mau repot untuk mengikuti petunjuk pemakaian kontrasepsi dan siap pakai sewaktu akan melakukan hubungan seksual
Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode lain
Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat reproduksinya (vulva dan vagina)
Jarang melakukan hubungan seksual
Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan
Penanganan Efek Samping
Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai efek samping dan masalah lain. Di bawah ini merupakan penanganan efek samping dan masalah-masalah yang timbul akibat pemakaian spermisida.
Efek Samping Atau Masalah
Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyaman
Periksa adanya vaginitis dan penyakit menular seksual. Bila penyebabnya spermisida, sarankan memakai spermisida dengan bahan kimia lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
Gangguan rasa panas di vagina
Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak ada perubahan, sarankan menggunakan spermisida jenis lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik
Pilih spermisida lain dengan komposisi bahan kimia berbeda atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.


c.       Vagina Diafragma
   Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektifitasnya alat kontrasepsi ini bisa menurun bila terlalu cepat dilepas kurang dari 8 jam setelah senggama.
"Permasalahanya, banyak wanita harus belajar dulu cara memasukkan kedalam vagina. Dan kebanyakan wanita Indonesia tidak terbiasa atau sungkan memasukkan jari ke dalam lubang vagina" jelas Dr. Prima
EFEKTIF: Dapat digunakan siapa saja dan untuk meningkatkan efektifitasnya, gunakan bersamaan dengan kondom serta spermatisida.
Diafragma. Kata ini mungkin tak asing lagi di telinga anda. Namun, apakah anda tahu tentang diafragma yang digunakan sebagai alat kontrasepsi? Diafragma jenis ini merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seks. 
Fungsinya, menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) saat berhubungan seks.
Diafrgama dipasang di vagina 6 jam sebelum berhubung seks. Jika hubungan seks berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, maka tambahkan spermisida ke dalam vagina. Diafragma dicabut lebih kurang 6 jam setelah hubungan seks.
Bila anda belum tahu bagaimana memakainya, berikut kami sajikan caranya.
Pertama, kosongkan kandung kemih anda dan cucilah tangan hingga bersih.
Kedua, pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma dengan air, atau melihat menembus cahaya).
Ketiga, oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafrgama (untuk memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas bersamaan dengan pinggirannya).
Keempat, posisi saat pemasangan diafragma, satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet, sambil berbaring atau sambil jongkok.
Keenam, lebarkan kedua bibir vagina
Ketujuh, masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
Kedelapan, masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh servisk, sarungkan karetnya dan pastikan serviks terlindungi.
Kesembilan, jangan tinggalkan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam.
Kesepuluh, mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah.
Kesebelas, cuci dengan sabun dan air. Keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya sehingga bisa digunakan lagi. (Dona)

d.      Pil KB
   Keuntungan pil ini adalah tetap membuat menstruasi teratur, mengurangi kram atau sakit saat menstruasi. Kesuburan Anda juga dapat kembali pulih dengan cara cukuo menghentikan pemakaian pil ini. Pil KB termasuk metode yang efektif saat ini. Cara kerja pil KB adalah dengan mencegah pelepasan sel telut. Pil ini mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi (99%) bila digunakan dengan tepat dan secara teratur. Ada dua jenis pil KB yang sekarang beredar di pasaran, yaitu kombinasi antara estrogen dan progesteron atau hanya mengandung progestoren saja. "Pil KB generasi kedua tidak mempunyai efek seperti pil generasi pertama atau kita kenal dengan lingkaran biru. Pil KB saat ini tidak membuat tubuh gemuk, jerawatan serta pusing.
EFEKTIF: Bagi wanita yang memang memiliki tingkat disiplin tinggi. Tidak dianjurkan bagi yang sering lupa karena 2 kali alpa meminum pil KB justru dapat membuat subur para wanita.
Kontrasepsi adalah metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan (mencegah pembuahan sel telur oleh sperma di fallopian tube). Salah satu jenis alat kontrasepsi yang banyak di gunakan di Indonesia adalah dengan minum pil KB.

Pil KB berisi hormon, bisa kombinasi hormon estrogen dengan hormon progesteron atau progesteron saja. Cara kerja Pil KB dalam mencegah terjadinya kehamilan adalah dengan meniadakan ovulasi (pengeluaran telur dari indung telur) dan atau mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sulit memasuki rahim

Pil KB pada dasarnya memiliki tingkat efektivitas tinggi untuk mencegah kehamilan (pil kombinasi memiliki kegagalan 1 dalam 1000). Akan tetapi dalam pemakaiannya karena faktor kesalahan manusia (yang sering terjadi adalah lupa minum pil KB atau terlambat memulai kemasan yang baru), maka kegagalannya dapat menjadi 6-8 kehamilan / 100 wanita pemakai.

Pil KB aman dan efektif untuk kebanyakan wanita, baik untuk mereka yang  belum mempunya anak, usia remaja, gemuk atau kurus, usia di atas 35 tahun, tidak merokok, merokok tapi  usia di bawah 35 tahun, dan untuk wanita setelah keguguran.

Keuntungan Pil KB :
- Sangat efektif bila diminum teratur
- Tidak mengurangi kenyamanan hubungan suami istri
- Tidak tergantung pada dokter
- Menstruasi menjadi teratur, berkurang rasa nyerinya, lebih sedikit dan lebih singkat waktunya
- Dapat dipakai selama diinginkan, tidak harus beristirahat dulu
- Dapat dipakai oleh semua wanita usia produktif
- Dapat dipakai oleh wanita yang belum pernah hamil
- Dapat dihentikan pemakaiannya dengan kapan saja jika menginginkan kehamilan
- Kesuburan segera kembali setelah pemakaian pil dihentikan
- Dapat mencegah anemia akibat kekurangan zat besi
- Membantu mencegah terjadinya : kehamilan diluar kandungan, kista ovarium, kanker endometrium, tumor jinak payudara, penyakit radang panggul, kanker indung telur
- Dapat digunakan untuk penderita tumor jinak payudara, diabetes tanpa kelainan pembuluh darah, endometriosis, penyakit radang panggul, penyakit tiroid, mioma utyeri, TBC (kecuali dalam pengobatan dengan rifampicin) di bawah pengawasan dokter

Kekurangan Pil KB :
- Mual terutama tiga bulan pertama
- Terkadang terjadi perdarahan/ bercak diantara masa haid , terutama bila lupa minum pil atau terlambat minum pil
- Sakit kepala ringan
- Nyeri payudara
- Dapat meningkatkan berat badan
- Tidak ada haid
- Tidak cocok untuk mereka yang pelupa
- Kemasan baru selalu harus tersedia setelah pil kemasan sebelumnya habis
- Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena mengganggu jumlah dan kualitas ASI
- Tidak dapat dipakai oleh perokok berat, atau wanita dengan tekanan darah tinggi terutama pada usia di atas 35 tahun 
- Tidak dapat dipakai untuk mereka yang pernah atau sedang mengalami proses tromboembolik di arteri atau vena dan keadaan dimana ada kecendrungan ke arah penyakit tersebut (misalnya gangguan sistem pembekuan darah dengan kecendrungan menuju trombosis penyakit jantung tertentu)

Cara Pemakaian Pil KB :
- Untuk mereka yang baru pertama kali menggunakan pil KB, mulai minum pil saat haid yaitu mulai di hari ke lima haid atau paling baik di hari pertama haid. Bila dimulai pada saat haid sudah berhenti, jika hendak melakukan hubungan intim, gunakan kondom selama 7 hari pertama menelan pil untuk mencegah terjadinya kehamilan.

- Untuk mencegah lupa minum pil, minumlah pil KB secara teratur setiap harinya pada jam yang sama, disarankan untuk menelan pil pada malam hari (sebelum tidur atau setelah makan malam).

- Jika lupa minum satu pil KB ( aktif bukan placebonya ) minum segera saat teringat dan minum pil dosis hari itu di saat waktu rutin biasanya. Jika lupa 1 hari (24 jam) maka masih dapat diminum 2 tablet langsung pada saatnya minum pil. Namun jika lupa lebih dari 1 hari, buang pil yang terlupa dan lanjutkan minum pil sesuai harinya, namun karena efektifitas berkurang, perlu dikombinasikan dengan kontrasepsi kondom saat berhubungan intim.

Contoh : Biasa minum pil KB setiap jam 9 malam
  • Tanggal 1 lupa minum pil KB, baru teringat jam 10 pagi di tanggal 2, maka segera minum pil KB yang terlupa. Jam 9 malam tanggal 2, minum pil KB seperti biasa.
  • Tanggal 1 lupa minum pil KB, baru teringat jam 9 malam tanggal 2, maka minum ke dua pil sekaligus.
  • Tanggal 1 dan tanggal 2 lupa minum pil KB, baru teringat di tanggal 3 maka buang ke dua pil, dan jam 9 malam tanggal 3 tetap minum pil KB sesuai harinya, dan bila hendak melakukan hubungan intim 7 hari ke depan gunakan kondom agar tidak terjadi kehamilan.

- Untuk pil KB dengan isi 21 pil, setelah pil terakhir dimakan, maka 7 hari kedepan libur/ tidak makan pil. Saat libur inilah diperkirakan akan terjadi haid, yang biasanya timbul 2-3 hari setelah pil habis. Setelah libur 7 hari, baik haid sudah selesai ataupun belum, minum kembali pil KB dari blister yang baru. Jika lupa tidak berhenti minum pil dan langsung melanjutkan blister yang baru maka haid tidak akan terjadi. Hal ini karena efek lanjutan hormon estrogen dan progesteron pada pil KB. Hentikan pil KB maka dalam beberapa hari akan terjadi haid.

- Untuk pil KB dengan isi 28 pil, 7 buah pil yang beda ukuran dan warnanya dari 21 pil lainnya, sebenarnya tidak mengandung hormon melainkan hanya tepung saja ( plasebo ) sehingga tidak memiliki efek pengobatan. Saat minum pil plasebo inilah haid diperkirakan akan terjadi. Tujuan disediakan pil plasebo hanyalah sebagai pengingat saja supaya tidak lupa, tinggal menyambung dengan pil berikutnya.

- Untuk ibu menyusui tersedia minipil ( hanya mengandung progesteron, tidak mengandung estrogen). Pil ini mempunyai efek seperti suntikan KB karena tidak mengendung estrogen, sehingga tidak mengganggu kualitas maupun kuantitas ASI, contohnya : Excluton.

 - Untuk ibu pasca melahirkan, maka pemakaian pil KB dimulai saat :
· Ibu telah berhenti menyusui atau 6 bulan setelah melahirkan (mana yang lebih dulu)
· 3 - 6 minggu pasca salin untuk ibu yang tidak menyusui
· Bila telah lebih dari 42 hari (6 minggu) pasca salin dan tidak menyusui, yakinkan dulu bahwa tidak hamil,
baru mulai minum pil KB
- Untuk pemakaian pil KB setelah keguguran :
· mulai pada 7 hari pertama keguguran
· setiap saat asal yakin tidak hamil dan berKB ganda (kondom atau spermisida) selama 7 hari pertama.


e.       Suntik KB
   Jenis kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara kerja seperti pil. Untuk suntikan yang diberikan 3 bulan sekali, memiliki keuntungan mengurangi resiko lupa minum pil dan dapat bekerja efektif selama 3 bulan. Efek samping biasanya terjadi pada wanita yang menderita diabetes atau hipertensi.
EFEKTIF: Bagi wanita yang tidak mempunyai masalah penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, trombosis atau gangguan pembekuan darah serta riwayat stroke. Tidak cocok buat wanita perokok. Karena rokok dapat menyebabkan peyumbatan pembuluh darah.
Suntik, adalah obat kontrasepsi. Disebut obat karena  mengandung hormon yaitu hormon dari golongan estrogen dan juga progesterone. Seperti halnya pil, suntik juga terbagi menjadi dua jenis yang biasanya dibedakan berdasarkan masa pemakaian. Suntik 1 bulan dan suntik 3 bulan. Obat suntik 1 bulan, biasanya mengandung hormon dari golongan progestin dan estrogen, sehingga akan berpengaruh terhadap kelancaran ASI bagi ibu yang menyusui. Sedangkan suntik 3 bulanan, hanya mengandung hormon dari golongan progestin saja. Jika pada pil, lebih mirip minipil. Suntikan jenis ini, tidak berpengaruh terhadap kelancaran ASI.
Menurut buku yang saya peroleh dari kantor saya, KB suntik ini memiliki kekurangan dan juga kelebihan. Kelebihan KB suntik akan saya tuliskan terlebih dahulu:
  • Praktis, efektif, dan aman
  • Tidak membatasi umur
  • Dapat menurunkan kemungkinan anemia
  • Dan cocok untuk ibu menyusui (suntik jenis  bulanan).
Sedangkan kelemahannya adalah:
  • Di bulan-bulan pertama pemakaian akan terjadi mual
  • Pendarahan berupa bercak darah diantara masa haid
  • Sakit kepala dan nyeri payudara, serta
  • Tidak melindungi dari IMS (infeksi menular seksual dan HIV/AIDS)
Cara kerja KB suntikan ini adalah mencegah lepasnya sel telur dari indung telur. Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma tidak masuk ke dalam rahim, serta menipiskan selaput lendir agar tidak siap hamil. Untuk para pengguna atau calon pengguna KB suntik, anda perlu mengingat ini: Suntikan pertama hari 1-5 dari permulaan masa haid, dan suntikan ulang harus sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
Seperti halnya PIL, kontrasepsi suntik pun tidak dianjurkan untuk: wanita usia 35 tahun yang merokok aktif, ibu hamil atau diduga hamil, pendarahan vaginal tanpa sebab, penderita jantung, stroke, lever, darah tinggi, dan kencing manis, serta penderita kanker payudara.
KB Suntik ini bisa diperoleh di rumah sakit, klinik KB, dokter dan bidan praktek swasta, serta puskesmas, atau pustu. Silahkan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau bidan jika anda memiliki keluhan kesehatan sebelum disuntik kb.

f.        Susuk KB
Implant/susuk KB adalah kontrasepsi dengan cara memasukkan tabung kecil di bawah kulit pada bagian tangan yang dilakukan olej dokter Anda. Tabung kecil berisi hormon tersebut akan terlepas sedikit-sedikit, sehingga mencegah kehamilan. Keuntungan memakai kontrasepsi ini, Anda tidak harus minum pil atau suntik KB berkala. Proses pemasangan susuk KB ini cukup 1 kali untuk masa pakai 2-5 tahun. Dan bilamana Anda berenca hamil, cukup melepas implant ini kembali, efek samping yang ditimbulkan, antara lain menstruasi tidak teratur.
EFEKTIF: Intinya kontrasepsi dengan hormon sebaiknya bagi wanita dengan gangguan metabolik harus ekstra hati-hati dalam memilih jenis kontrasepsi ini.

Kontrasepsi yang popular dengan nama “susuk KB” ini berisi lovonorgestrel, terdiri dari 6 kapsul yang diinsersikan di bawah kulit lengan atas bagian dalam, kira-kira 6-10 cm dari lipat siku. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang telah banyak dipakai dalam pik KB seperti ovral dan nordette. Setiap kapsul mengandung 38 mg lovonorgestrel. Setiap hari ke enam kapsul akan melepas 50 mikro gram levonorgestrel. Dan akan efektif sebagai kontrasepsi untuk 5 tahun (Gunawan, 1999).
Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan pencabutan disebabkan oleh pemasangan yang tidak tepat, oleh karena itu ,hanya petugas klinik yang terlatih (dokter,bidan,dan perawat) yang diperbolehkan memasang maupun mencabut implan.untuk mengurangi masalah yang timbul setelah pemasangan,semua tahap proses pemasangan harus dilakukan secara hati-hati dan lembut,dengan menggunakan upaya pencegahan infeksiyang dianjurkan (Sarifiddin, 2006).

B. JENIS-JENIS IMPLANT
Di Indonesia dikenal beberapa jenis implan,yaitu:
• Norplan
• Implanon
• Indoplan
• Sinoplan
• Jadenna

C. INDIKASI
• Pemakaian KB yang jangka waktu lama
• Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat.
• Tidak dapat memakai jenis KB yang lain


D. KONTRA INDIKASI
- Hamil atau diduga hamil, Pendarahan Vagina tanpa sebab.
- Wanita dalam usia reproduksi
- Telah atau belum memiliki anak
- Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk Jadena)
- Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
- Pasca persalinan dan tidak menyusui
- Pasca keguguran
- Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap
- Riwayat kehamilan ektopik
- Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau amenia bulan sabit (sickle cell)
- Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
- Sering lupa menggunakan pil
- Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya
- Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
- Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
- Miom uterus dan kanker payudara
- Ganguan toleransi glukosa
E. KELEBIHAN
Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant dikembangkan dan diperkenalkan sebagai cara KB yang baru. Alasan-alasan tersebut antara lain :
- Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan secara sempurna
- Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor tidak perlu melakukan atau memikirkan apa-apa misalnya pada penggunaan pil
- Sekali pasang, akseptor akan mendapatkan perlindungan selama 5 tahun
- Implant cukup memuaskan. Tidak ada yang dimasukkan ke dalam vagina dan tidak mengganggu kebahagiaan dalam hubungan seksual
- Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila seorang akseptor menginkan anak lagi, kesuburannya dapat langsung kembali setelah norplant diangkat
- Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu yang tidak amau mempunyai anak lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi (GUNAWAN, 1999).
Keuntungan dari metode ini adalah:
- Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
- Tidak melakukan pemeriksaan dalam
- Bebas dari pengaruh estrogen
- Tidak mengganggu ASI
- Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan
- Perdarahan lebih ringan
- Tidak menaikkan tekanan darah
- Mengurangi nyeri haid
- Mengurangi/ memperbaiki anemia
- Melindungi terjadinya kanker endometrium
- Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
- Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul
F. KEKURANGAN
- Timbul beberapa keluhan nyeri kepala, peningkatan/ penurunan berat badan, nyeri payudara, perasaan mual, pusing kepala, perubahan mood atau kegelisahan.
- Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
- Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS
- Efektifitasnya menurun jika menggunakan obat-obat tuberkulosis atau obat epilepsi.
- Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun)
G. EFEK SAMPING
1. Efek samping paling utama dari implant adalah perubahan pola haid, yang terjadi pada kira-kira 6 % akseptor terutama selama 3-6 bulan pertama dari pemakaian.
2. Yang paling sering terjadi:
- Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1 siklus haid
- Perdarahan bercak (spotting)
- Berkurangnya panjang siklus haid
- Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan perdarahan lama atau perdarahan bercak.
3. Umumnya perubahan-perubahan haid tersebut tidak mempunyai efek yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi perdarahan lebih sering daripada biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak berubah.
4. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler akan berkurang dengan berjalannya waktu.
5. Perdarahan hebat jarang terjadi (Cahyani, 2009).
6. Perubahan dalam periode menstruasi merupakan keadaan yang paling sering ditemui. Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami kenaikan berat badan (Gunawan, 1999).
H. EFEKTIFITAS
Efektifitas dari pemasangan susuk adalah sebagai berikut :
• Lendir serviks menjadi kental
• Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
• Mengurangi transportasi sperma
• Menekan ovulasi
• 99 % Sangat efektif (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan)

I. CARA KERJAK SUSUK (IMPLANT)
Segera setelah implant dimasukkan ke bawa kulit lengan atas ekseptor, secara tetap sejumlah levenorgestrel akan dilepaskan. Keadaan inilah yang melindungi akseptor dari kehamilan, selama implant tatap berada di tempat tersebut (GUNAWAN, 1999).
J. PERSIAPAN PEMASANGAN
1. Pelaksanaan Pelayanan 
Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi cocok untuk pemasangan maupun pencabutan implan.Bila mungkin,ruangan sebaiknya jauh dari area yang sering digunakan (ramai) di klinik maupun di rumah sakit,serta harus:
• Mamiliki pencahayaan yang cukup
• Berlantai keramik atau semen sehingga mudah di bersihkan
• Terbebas dari debu dan serangga
• Memiliki ventilasi udara yang baik
• Selain itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih dan mengalir (air kran dan lain-lain).
2. Pencegahan Infeksi
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun pencabutan implan, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari bebas infeksi. Untuk itu petugas perlu melakukan hal-hal sbb:
• Meminta klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan dipasang implan dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal (sisa sabun dapat mengurangi efektifitas beberapa anti septik). Langkah ini sangat penting khususnya bila kebersihan klien sangat kurang
• Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk pemasangan dan pencabutan batang, cuci tangan dengan sabun selama 5-10 detik kemudian bila dengan air bersih yang mengalir sudah cukup
• Pakai kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau diDTT. (Gunakan sepasang sarung tangan yang berbeda untuk tindakan guna menghindari kontaminasi silang
• Siapkan daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah diberi anti septik: gunakan forsep untuk mengusap kapas tersebut pada daerah pemasangan/pencabutan implan.
• Setelah selesai pemasangan maupun pencabutan batang implan,dan sebelum malepas sarung tangan, dekontaminasi instrumen dengan larutan clorin 0,5%. Sebelum membuang atau merendam jarum dan alat suntik,isi dahulu dengan larutan clorin. Setelah pemasangan, pisahkan plunger dari trokar. Darah kering akan menyulitkan waktu memisahkan plunger dari trokar. Rendam selama 10 menit;kemudian bilas segera dengan air bersih.
• Kain operasi (drape) harus dicuci sebelum digunakan kembali. Setelah dipakai, taruh pada wadah kering dan bertutup
• Dengan tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminsi (kassa,kapas,dll) kedalam wadah tertutuprapat atau kantong plastik yang tidak bocor. Jarum dan alat suntik sekali pakai (disposable) harus dibuang kedalam wadah yang tahan tusuk.
• Masukkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar.

3. Persiapan
a. Persiapan Klien
Walaupun kulit dan instrumennya sulit untuk disterilisasi, pencucian dan pemberian antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan dipasang akan mengurangi jumlah mikroorganisme di daerah kulit klien.kedua tindakan ini pada kenyataannya sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko terjadinya infeksi pada insersi atau pencabutan implan Norplant.
b. Peralatan dan Instrumen untuk Insersi
• Meja periksa untuk berbaling klien
• Alat penyangga lengan (tambahan)
• Batang implan dalam kantong
• kain penutup steril(disinfeksi tingkat tinggi) serta mangkok untuk tempat meletakkan implan Norplant.
• Pepasang sarung tangan karet bebas bedak dan yang sudah steril (atau didisinfeksi tingkat tinggi)
• Sabun untuk mencuci tangan
• Larutan anti septik untuk disinfeksi kulit(mis,betadin atau sejenis gol povidon iodin lainnya), lengkap dengan cawan/mangkok anti karat.
• Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)
• Semprit(5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran 2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch)
• Trokar 10 dan madrin
• Skalpel 11 atau 15
• Kassa pembalut, band aid, atau plester
• Kassa steril dan pembalut
• Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus tersedia untuk kaperluan darurat)
• Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan)
• Bak/tempat instrumen (tertutup)
4. Kunci Keberhasilan Pemasangan
• Untuk tempat pemasangan kapsul,pilihlah lengan klien yang jarang digunakan
• Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan
• Pastikan kapsul-kapsul tersebut ditempatkan sedikitnya 8 cm diatas lipat siku, didaerah media lengan
• Insisi untuk pemasangan harus kecil,hanya sekedar menembus kulit. Gunakan kalpel atau trokar tajam untuk membuat insisi.
• Masukkan trokar melalui luka insisi dengan sudut yang kecil, superfisisl tepat dibawah kulit. Waktu memasang trokar jangan dipaksakan
• Ttrokar harus dapat mengangkat kulit setiap saat,untuk memastikan memastikan pemasangan tepat dibawah kulit
• Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari trokar sebelum kapsul berikutnya dipasang (untuk mencegah kerusakan kapsul sebelumnya,pegang kapsul yangsudah terpasang tersebut dengan jari tengah dan masuk trokar pelan-pelan disepanjang tepi jari tersebut)
• Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung kapsul menonjol keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali dalam posisi yang tepat
• Jangan dicabut ujung trokar dari tempat insisi sebelum semua kapsul dipasang dan periksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk memastikan bahwa keenam kapsul dipasang dalam posisi benar dan pada bidang yang sama dibawah kulit.
• Kapsul pertama dan keenam harus membentuk sudut 75 derajat
K. PENATALAKSANAAN UMUM
Kapsul implan dipasang tepat di bawah kulit di atas lipat siku di daerah medial lengan atas. Untuk tempat pemasangan kapsul pilihlah lengan klien yang jarang digunakan. Pertama, cuci lengan dengan air dan sabun, kemudian usap dengan antiseptik dan suntik anestesi lokal. Buat insisin kecil hanya sekedra menembus kulit, sekitar 8 cm di atas lipat siku. Setiap kapsul dimasukkan melalui trokar khusus dan dipasang tepat di bawah kulit. Sebelum memulai tindakan, periksa kembali untuk memastikan apakah klien :
• Sedang minum obat yang dapat menurunkan efektivitas implan
• Sudah mendapat anestesi lokal sebelumnya
• Alergi terhadap obat anestesi lokal atau jenis obat lainnya
PERSIAPAN PEMASANGAN 
Langkah 1 
Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas antisetik tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kurang menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah penularan penyakit. 
Langkah 2 
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila ada) dengan kain bersih.
Langkah 3 
Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (misalnya : lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja di samping. Lengan harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang disukai klinis untuk memudahkan pemasangan. 
Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan siku.
Langkah 5 
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di dalamnya.
Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk steril.
Bila tidak ada mangkuk steril, kapsul dapat diletakkan dalam mangkuk yang didisinfeksi tingkat tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu dengan klem steril atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian dalam kemasan atau isinya kecuali dengan alat yang steril atau DDT. 

TINDAKAN SEBELUM PEMASANGAN 
Langkah 1 
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
Langkah 2 
Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna mencegah kontaminasi silang).
Langkah 3 
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk memstikan jumlahnya. 
Langkah 4 
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminsai sarung tangan dengan menyentuh kulit yang tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptik yanga berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat. 
Langkah 5 
Bila ada guanakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul. Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah tempat pemasangan dengan kain steril. 
Langkah 6
Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang kapsul implan. 
Langkah 7
Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi sebanyak 1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul. 

PEMASANGAN KAPSUL 
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel untuk memastikan obat anestesi telah bekerja.
Langkah 1 
Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam. 
Langkah 2 
Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar, tanda (1) dekat pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit sebelum memasukkan setiap kapsul. Tanda (2) dekat ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah memasang setiap kapsul. 
Langkah 3 
Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada di bawah kulit. Memasukkan trokar jangan dengan paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut lainnya. 
Langkah 4 
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit. 
Langkah 5 
Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong dari trokar. 
Langkah 6
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Bila kapsul diambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari bedak atau pertikel lain. 
Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa. 
Langkah 8
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk menstabilkan. Terik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langkah ini adalah menjaga pendorong tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan. 
Langkah 9
Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di tepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar. Hal yang penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk menghindari terpotongnya kapsul saat trokar digerakkan untuk memasang kapsul berikutnya. 
Langkah 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah laterla kanan dan kembalikkan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu mula-mula fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-pelan sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi. 
Langkah 12 
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah terpasang. 
Langkah 13
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali di tempat yang tepat. 
Langkah 14
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa, keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit

TINDAKAN SETELAH PEMASANGAN KAPSUL
1. Menutup luka insisi
- Temukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kassa steril untuk menutup luka insisi. Luka insisi tidfak perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut
- Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis dan mengurangi memar (perdarahan subkutan)
2. Perawatan klien
- Buat catatan pada rekam medik pemasangan kapsul dan kejadiian tidak umum yang mungkin terjadi selama pemasangan.
- Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi setelah pemaasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.
BILA TERJADI INFEKSI
- Obati dengan pengobatan yang sesuai untuk infeksi lokal
- Bila terjadi abses (dengan atau tanpa eksplusi kapsul) cabut semua kapsul.
PETUNJUK UNTUK MENJAGA AGAR TROKAR TETAP TAJAM
- Pemakaian yang berulang-ulang akan menyebabkan trokar menjadi tumpul. Trokar harus diperiksa dengan hati-hati setelah setiap 10 kali pemasangan.
- Setelah selesai dipakai, dipisahkan trokar dari pendorongannya. (hal ini untuk menjaga trokar agar tetap tajam).
- Bila trokar telah menjadi tumpul, harus diasah seperti mengasah pisau atau gunting dengan menggunakan batu asah yang halus.
- Pada waktu mengasahntrokar,jangan terlalu berlebihan oleh karena dapat mengubah sudut ketajamannya sehingga trokar tidak bisa dipakai lagi. Pengasahan yang berlebihan akan memperpendek trokar, mengurangi jarak ke tanda (2) dekat ujung trokar.
- Masalah lain yang ditimbulkan karena pengasahan yang erlebihan adalah pada waktu memasukkan pendorong sepenuhnya, maka ujung tumpul pendorong akan menonjol keluar melewati ujung tajam trokar. Hal ini akan menyulitkan waktu memasukkan trokar tepat di bawah kulit. Bila hal ini terjadi, tarik kembali pendorong sehingga ujung tumpulnya tidak menonjol keluar dari ujung tajam trokar.
- Setelah kira-kira 50 sampai 100 kali pemasangan , trokar harus diganti, tidak boleh diasah lagi.

ÒPEMASANGAN IMPLAN LADENATM DAN INDOPLANT
Pemasangan  hanya
Ò sama dengan pemasangan NORPLANTÒimplant JADENA™ dan INDOPLANT berbeda dalam jumlah kapsul yang dipasang yaitu hanya 2 kapsul, kapsulnya lebih panjang dan pemberian obat anastesi cukup 1-2 ml (1% tanpa Epinefrin).
ÒPEMASANGAN IMPLANT IMPLANON
Iserter yang digunakan telah berisi 1 (buah) kapsul di dalamnya dan hanya untuk satu kali pakai. Kemasan tersebut menyerupai alat suntik.
Langkah 1
Persiapkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptik.
Langkah 2 
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm diatas lipatan siku pada bagian dalam lengan di alur antara otot biseps dan triseps. Gunakan spidol untuk menandai dengan membuat garis sepanjang 6-8 cm.
Langkah 3
Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terdapat obat anastesi, isi alat suntik dengan 2 ml obat anastesi (1% tanpa Epinefrin) dan suntikan tepat dibawah kulit sepanjang jalur tempat pemasangan. Pemasangan anastesi juga dapat dilakukan dengan semprotan.
Langkah 4
Keluarkan insenter dari kemasannya. Regangkan kulit ditempat pemasangan dan masukan jarum insenter tepat dibawah kulit sampai masukseluruh panjang jarum insenter. Untuk melatakana jarum tepat dibawah kulit, angkat jarum insenter keatas, sehinnga kulit terangkat.
Langkah 5
Lepaskan segel insenter dengan menekan penopang pendorong insenternya.
Langkah 6 
Putar pendorong insenter 90o atau 180o dengan mempertahankan pendorong insenter tetap diatas lengan.
Langkah 7 
Dengan tangan yang lain sacara perlahan tarik jarum keluar dari lengan sambil tetap memperthanakan penopang insenter ditempanya. (catatan: prosedur ini berlawanan dangan suatu penyuntikan, dimana pendorong didorong dan insenter dipertahankan).



L. CARA PENCABUTAN
METODE PENCABUTAN
Metode
Ò maupun ImplanoÒ, Jadena™, IndlopantÒpencabutan unutk implant Norplant sama hanya berbeda dalam jumlah yang kapsul yang terpasang.
Metode standar pencabutan menggunakan klem mosquito atau Crile untuk menjepit kapsul telah digunakan sejak awal 1980an. Sejak itu telah banyak dilaporkan modifikasi dari metode standar pencabutan, misalnya metode “pop out” yang dikenalkan oleh Darney dkk. Pada tahun 1992. Kenyataannya bahwa banyak yang memikirkan untuk terus menyempurnakan metode pencabutan, sedang perubahan pada metode pemasangan hanya sedikit, menunjukan dengan jelas mtode standar pencabutan tidak seluruhnya sempurna. Pengamatan ini didukung oleh pengalaman diberbagai negara. Dibandingkan pemasangan, pencabutan memerlukan kesabaran dan keahlian. Selain itu pemasangan yang tidak baik (misalnya terlalu dalam atau tidak menggunakan pola) menyebabkan pencabutan dengan metode apapun akan memakan waktu yang lama dan lebih banyak pendarahan dibanding pada waktu pemasangan.
Praptohardjo dan Wibowo (1993) melaporkan metode baru untuk pencabutan implant Norplant yaitu Teknik “U”. Perbadaaan yang besar antara tek=hnik “u” dan tehnik standar adalah :
- Posisi dari insisi kulit, dan 
- Pemakaian klem pemegang implant Norplant, merupakan modifikasi klem yang digunakan unutuk vasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 manjadi 2,2 mm.
Persiapan bahan dan alat
Dalam melakukan persiapan, yang penting adalah alat-alat dalan kondisi baik (misalnya klem harus dapat menjepti dengan kuat dan spakel harus tajam). Periksa alat dan bahan yang akan dipakai sudah dalam keadaan steril atau DTT.
Peralatan yang diperlukan unutuk setiap pencabutan adalah sebagai berikut :
- Meja periksa untuk tempat tidur klien.
- Penyangga lengan atau meja samping
- Sabun untuk mencuci tangan
- Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering.
- Tiga mangkok steril atau DTT (satu larutan antiseptik, satu tempat air mendidih atau steril yang berisi kapas bulat untuk membersihkan bedak pada sarung tangan dan satu lagi berisi larutan Klorin 0,5% untuk dekontaminasi kapsul yang telah dicabut).
- Sepasang sarung tangan steril/DTT.
- Larutan antiseptik
- Anastesi lokal (konsentrasi 0,1% tanpa Epinefrin ).
- Tabung suntik (5 atau 10ml ) dan jarum suntik dangan panjang 2,5 - 4 cm

TINDAKAN SEBELUM PENCABUTAN
Langkah 1: 
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
Langkah 2 : 
Pakai sarung tangan steril 
Langkah 3 : 
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai.
Langkah 4 : 
Usap tempat pencabutan dengan kasa berantiseptik. Gunakan klem steril untuk memegang kasa tersebut. Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering sebelum memulai tindakan.
Langkah 5 : 
Gunakan doek/kain lubang untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebaruntuk memaparkan lokasi kapsul.
Langkah 6 : 
Raba seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya.
Langkah 7 : 
Setelah memastikan klien tidak alergi terhadap obat anastesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anastesi (1% tanpa epinefrin). Masukkan jarum tepat di bawah kulit pada tempat insisi akan dibuat, kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikan sedikit obat anastesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Masukkan jarum secara hati-hati di bawah ujung kapsul pertama sampai kurang lebih 1/3 panjang kapsul, tarik jarum pelan-pelan sambil menyuntikan obat anastesi (0,5 ml) untuk mengangkat ujung kapsul. Tanpa mencabut jarum, geser ujung jarum dan masukkan ke bawah kapsul berikutnya. Ulangi proses ini sampai keenam ujung kapsul terangkat. Sebelum memulai, sentuh tempat insisi dengan ujung jarum untuk memastikan obat anstesi telah bekerja.
TINDAKAN PENCABUTAN KAPSUL
Metode Standar
Langkah 1 : 
Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah semua kapsul. Kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul. Bila jarak tersebut sama maka insisi dibuat pada tempat insisi waktu pemasangan. Sebelum menentukan lokasi, pastikan tidak ada ujung kapsul yang berada di bawah insisi lama.
Lngkah 2 :
Pada lokasi yang sudah dipilih, buat insisi melintang yang kecil kurang lebih 4 mm dengan menggunakan scalpel.
Langkah 3 :
Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang terdekat dengan tempat insisi.
Langkah 4 :
Dorong ujung kapsul kea rah insisi dengan jari tangan sampai ujung kapsul tampak pada luka insisi. Saat ujung kapsul tampak pada luka insisi, masukkan klem lengkung dengan lengkungan jepitan mengarah ke atas, kemudian jepit ujung kapsul dengan klem tersebut.Masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan jepitan mengarah ke kulit, teruskan sampai berada di bawah ujung kapsul dekat siku. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilingi ujung kapsul. Ulangi sampai ujung keenam kapsul bebas dari jaringan parut yang mengelilinginya. Selanjutnya, dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi. Sambil menekan kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah, masukkan lagi klem lengkung sampai berada di bawah ujung kapsul, jepit kapsul di dekat ujungnya dan secara hati-hati tarik keluar melalui luka insisi.
Langkah 5 :
Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan cara menggosok-gosok pakai kasa steril untuk memaparkanujung bawah kapsul.
Langkah 6 :
Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan menggunakan klem kedua. Lepaskan klem pertama dan cabut kapsul secara pelan dan hati-hati dengan klem kedua. Kapsul akan mudah dicabut oleh karena jaringan ikat yang mengelilinginya tidak melekat pada karet silikon. Bilakapsul sulit dicabut, pisahkan secara hati-hati sisa jaringan yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa.
Langkah 7 :
Pilih kapsul yang tampak paling mudah dicabut. Sebelum mengakhiri tindakan, hitung untuk memastikan keenam kapsul sudah dicabut. 
Metode huruf “U”
Klem yang dipakai untuk mencabut kapsul pada teknik “U”, merupakan modifikasi klem yang digunakan untuk vasektomi tanpa pisau dengan diameter ujung klem diperkecil dari 3,5 menjadi 2,2 mm.
Langkah 1 :
Tentukan lokasi insisi pada kulit diantara kapsul 3 dan 4 kurang lebih 5 mm dari jung kapsul dekat siku.
Langkah 2 :
BUat insisi kecil (4mm) memanjang sejajar diantara sumbu panjang kapsul dengan menggunakan scalpel.
Langkah 3 :
Masukkan ujung klem pemegang implant norplant secara hati-hati melaalui luka insisi. 
Langkah 4 :
Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul.
Langkah 5 :
Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan jepit kapsul dengan sudut yang tepat pada sumbu panjang kapsul kurang lebih 5 mm diatas ujung bawah kapsul. Setelah kapsul terjepit, tarik kea rah insisi dan balikkan pegangan klem 180O kea rah bahu klien untuk memaparkan ujung bawah kapsul.
Langkah 6 ;
Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggosok-gosok menggunakan kasa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah dicabut.
Langkah 7 :
Gunakan klem lengkung untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem pemegang norplant dan cabut kapsul dengan pela-pelan dan hati-hati. Taruh kapsul yang telah dicabut dalam mangkok berisi klori 0,5% untuk dekontaminasi sebelum dibuang.
Langkah 8 :
Pencabutan kapsul berikutnya adalah tampak paling mudah dicabut, gunakan teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya.
Metode “ Pop Out”
Pada tahun 1992,Darney Klaise dan Walker melaporkan metode pencabutan yang sederhana untuk mencabut seluruh kapsul norplant yang dikenal dengan metode pencabutan “pop out”. Metode ini dapat mengurangi rasa sakit maupun perdarahan dan biasanya luka insisi lebih kecil. Teknik ini akan mengurangi resiko robek pada kapsul selama tindakan pencabutan. Kerugiannya yaitu tidak bisa dilakukan bila lokasi kapsul tidak baik pada waktu dipasang. Berikut langkah-langkahnya:
Langkah 1 :
Raba ujung-ujung kapsul di daerah dekat siku untuk memilih salah satu kapsul yang lokasinya terletak di tengah-tengah dan mempunyai jarak yang sama dengan ujng kapsul lainnya.Dorong ujung bagian atas kapsul yang telah dipilih dengan menggunakan jari. Pada saat ujung bagian bawah kapsul tampak jelas di bawah kulit, buat insisi kecil (2-3 mm) diatas ujung kapsul dengan menggunakan skalpel.
Langkah 2 :
Lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya pada ujung bagian bawah kapsul untuk membuat ujung kapsul tersebut tepat berada di bawah tempat insisi.
Langkah 3 :
Masukkan ujung tajam skalpel ke dalam luka insisi sampai terasa menyentuh ujung kapsul. Bila perlu, potong jaringan ikat yang mengelilingi ujung kapsul sambil tetap memegang kapsul dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Langkah 4 :
Tekan jaringan ikat yang sudah terpotong tadi dengan kedua ibu jari sehingga ujung bawah kapsul terpapar keluar.
Langkah 5 :
Tekan sedikit ujung atas kapsul sehingga kapsul muncul pada luka insisi dan dengan mudah dapat dipegang dan dicabut. Setelah keenam kapsul berhasil dicabut dan dihitung kembali jumlahnya, luka insisi ditutup dengan kasa steril dan plester. Pembalut tekan biasanya tidak diperlukan karena teknik pop out ini tidak menyebabkan atau hanya sedikit merusak jaringan di tempat pencabutan.

PETUNJUK PENCABUTAN
- Kapsul yang sulit dicabut
Jika seluruh kapsul tidak bisa dicabut dalam waktu 20 sampai 30 menit atau klien tampak gelisah maka hentikan tindakan pencabutan, memulangkan klien dan meminta datang kembali bila luka insisi sudah benar-benar sembuh (4-6 minggu). Biasanya pada kunjungan kedua sisa kapsul tersebut akan teraba dan dapat dicabut.
- Kapsul yang tidak dapat diraba
Ada dua cara menentukan lokasi kapsul yang dipasang terlalu dalam sehingga tidak bisa diraba dengan jari yaitu dengan sinar X dan Ultrasound. Dengan sinar X, pasang pada 50 – 55 kilovolts dan 4-5 miliamper, dengan waktu pemaparan 0,03 detik. Dengan ultrasound, bayangan yang ditimbulkan oleh kapsul dapat ditentukan. Penyetelan khusus ( posisi probe ultrasound) mungkin diperlukan untuk memusatkan gambar pada ultrasound.
- Kapsul yang putus
Pencabutan akan lebih sulit jika kapsul putus. Sekali kapsul putus, maka ada kemungkina akan putus lagi setiap kali melakukan jepitan dengan klem. Biasanya diperlukan insisi baru di ujung atas kapsul sehingga sisa kapsul yang putus bisa dicabut.

TINDAKAN SETELAH PENCABUTAN
Menutup luka insisi
• Bila klien tidak ingin melanjutkan pemakaian implant lagi, bersihkan tempat insisidan sekitarnya dengan menggunakan kasa berantiseptik. Gunakan klem untuk memegang kedua tepi luka insisi selama 10-15 detik untuk mengurangi perdarahan dari luka insisi, kemudian balut luka insisi.
• Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan band aid (plester untuk luka ringan) atau kasa steril dan plester.


INTRUKSI KEPADA KLIEN UNTUK PERAWATAN LUKA DI RUMAH
• Beri tahu klien mungkin timbul memar, bengkak dan kulit kemerahan pada daerah pencabutan selama beberapa hari, keadaan ini normal.
• Jaga luka insisi agar tetap kering dan bersih minimal 48 jam.
• Bila memakai pembalut tekan jangan dibuka selama 48 jam dan band aid boleh dibuka setelah 3-5 hari.
• Klien segera melakukan pekerjaan ringan. Hindari benturan pada tempat insisi.
• Setelah sembuh, luka insisi boleh dicuci dan disentuh dengan tekanan normal.
• Segera kembali ke klinik jika timbul tanda-tanda infeksi (demam, radang) pada tempat insisi.
• Beri tahu klien kapan kembali ke klinik untuk perawatan lanjut, jika perlu.
• Beri tahu klien bahwa jaringan ikat di lengan mungkin masih tetap terasa dan akan hilang setelah beberapa bulan.


g.       IUD (Spiral)
Intrauterine Device atau biasa juga disebut spiral karena bentuknya memang seperti spiral. Teknik kontrasepsi ini adalah dengan cara memasukkan alat yang terbuat dari tembaga kedalam rahim, seperti yang dikatakan Dr. Prima "sekarang ini, IUD generasi baru bisa dikombinasikan dengan hormon progesteron, agar efektifitasnya meningkat. Spiral ini juga bekerja menghalangi pertemuan sperma dan sel telur serta berdaya pakai hingga 5 tahun lamanya. Tingkat efektivitasnya bisa mencapai 98%, layaknya seperti pil, IUD juga mudah mengembalikan kesuburan Anda.
EFEKTIF: Sebaiknya wanita yang mudah mengalami keputihan tidak menggunakan metode ini. Benang di ujung IUD harus senantiasa bersih. Karena jika kotor akan mudah menyebabkan infeksi, "saran Dr. Prima.
  1. Pengertian
IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih (Irianto, 2007).
  1. Jenis IUD
Walaupun di masa lampau IUD dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan yang berbeda-beda, dewasa ini IUD yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe :
  1. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese ring).
  2. TCu 380A, berbentuk huruf “T” diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu) tersebar di Indonesia.
  3. TCu 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375) dan Nova T (ada di Indonesia), mengandung tembaga
  4. Mengandung hormon steroid seperti progestasert yang mengandung progesterone dan Levanova yang mengandung levonorgestrel (Irianto, 2007).


  1. Efektifitas
IUD sangat efektif,
  • Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun.
  • Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun.
  • Cu T 380A dapat untuk 10 tahun, Bentuk ini terbukti sangat efektif, aman,dan mudah beradaptasi.
Dalam sebuah alat kontrasepsi seperti IUD memiliki kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian (BKKBN, 2002).
Keunggulan Copper T 380A :
  • Tidak ada IUD lain yang mempunyai luas permukaan tembaga seperti IUD Copper T 380A (380 mm2)
  • Tembaga di kedua lengan IUD ini menjamin tembaga akan dibebaskan di bagian tertinggi fundus uteri.
  • Tiap kemasan IUD Copper T 380A mempunyai jangka waktu penyimpanan selama 7 tahun. Hal ini berarti bahwa setiap kemasan yang masih utuh (tidak robek) dijamin akan tetap steril sampai tanggal kadaluwarsa sebagaimana tercantum pada label kemasan. Setelah lewat tanggal kadaluwarsa, IUD dalam kemasan yang belum terpakai harus dibuang/dimusnahkan (BKKBN, 2002).


2.3       Mekanisme kerja IUD
Mekanisme kerja IUD adalah sebagai berikut :
  1. Perubahan pada endometrium yang mengakibatkan kerusakan pada spermatozoa yang masuk ke dalam rahim.
  2.  Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
  3. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
  4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN, 2002).
  5. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
2.4              Keuntungan dan Kerugian KB IUD
Setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Ini menjadi penting untuk kita ketahui karena sebagai tenaga kesehatan dan calon akseptor kita berhak memperoleh informasi yang benar tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan digunakan.
  1. Berikut ini merupakan keuntungan dari alat kontrasepsi IUD, yaitu :
    1. Efektifitasnya tinggi. 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan IUD (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
    2. AKDR akan segera efektif begitu terpasang di dalam rahim.
    3. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ngingat ataupun melakukan kunjungan ulang untuk menyuntik tubuh (KB suntik).
    4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan dapat meningkatkan kenyamanan  berhubungan karena tidak perlu takut hamil.
    5. Tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat kontrasepsi hormonal.
    6. Tidak akan mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
    7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus dengan catatan tidak terjadi infeksi.
    8. Dapat digunakan hingga masa menopause (1 tahun atau lebih setelah masa haid terakhir).
    9. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
    10. Membantu mencegah kehamilan di luar kandungan.
    11. Dapat dipasang kapan saja, tidak perlu pada saat masa haid saja asal anda tidak sedang hamil atau diperkirakan hamil.
    12. Dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat permanen.
    13. Tidak bersifat karsinogen, yaitu dapat menyebabkan kanker karena hormon yang terkandung didalamnya (BKKBN, 2002).

  1. Berikut merupakan Kerugian dari alat kontrasepsi IUD, yaitu:
v  Efek samping yang umum terjadi :
1)      Keputihan
2)      Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
3)      Haid lebih lama dan banyak.
4)      Perdarahan (spotting) antarmenstruasi.
5)      Saat haid lebih sakit.
Penanggulangan efek samping :
  1. Kembali memeriksakan diri setelah empat sampai enam minggu pemasangan AKDR.
  2. Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.
  3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksakan  keberadaan benang setelah haid apabila mengalami  :
ü  Kram / kejang diperut bagian bawah.
ü  Perdarahan (spotting ) diantara haid atau setelah senggama.
ü  Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama  melakukan hubungan seksual.


  1. Kembali ke klinik apabila :
ü  Tidak dapat meraba benang AKDR.
ü  Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
ü  AKDR terlepas.
ü  Siklus terganggu atau meleset.
ü  Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
ü  Adanya infeksi.
v  Komplikasi Lain :
1)      Akan terasa sakit dan kejang selama 3 -5 hari setelah pemasangan.
2)      Mungkin dapat menyebabkan anemia jika pendarahan pada saat haid sangat banyak.
3)      Jika pemasangan tidak benar, bisa saja terjadi perforasi dinding uterus (sangat jarang terjadi jika pemasangannya benar).
v  Tidak bisa mencegah infeksi penyakit menular seksual.
v  Tidak baik digunakan pada perempuan yang rentan terkena penyakit menular seksual karena sering berganti pasangan.
v  Jika perempuan yang terkena IMS (infeksi menular seksual) memakai IUD, dikhawatirkan akan memicu penyakit radang panggul.

Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pada saat seorang perempuan memilih untuk ber-KB IUD, maka akan ada alat kontrasepsi yang merupakan benda asing bagi rahim.  Karena IUD ini berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) di antara masa haid. Demikian pula ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak karena ketika haid terjadi peluruhan dinding rahim. Proses ini menimbulkan perlukaan di daerah rahim, sehingga apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan menambah volume darah yang keluar pada masa haid anda. Darah yang keluar bisa dibedakan, biasanya jika spotting yang keluar adalah berwarna merah segar, sedangkan pada saat haid darah akan berwarna kecoklatan.
Jika pada saat haid anda mengalami kondisi yang lebih sakit dari biasanya, itu juga ada kaitannya dengan IUD ini. Biasanya pada saat masa haid ini rahim akan berkontraksi dan dinding rahim akan sedikit berdenyut dikarenakan ada benda asing di dalam tubuh anda. Untuk mengatasi hal ini, anda dapat mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit yang banyak di jual bebas di apotek atau toko obat.
2.5              Keterbatasan Alat Kontrasepsi IUD
Kita perlu diketahui IUD mempunyai keterbatasan dimana agar kita dapat mempertimbangkan dan meyakinkan pemilihan alat kontrasepsi ini sebagai pilihan untuk ber-KB.
  1. Keterbatasan alat kontrasepsi IUD diantaranya yaitu :
    1. Memerlukan prosedur medis, termasuk diantaranya adalah pemeriksaan pelvik sebelum dipasang IUD, seringkali perempuan takut selama pemasangan.
    2. Sedikit nyeri setelah pemasangan, namun biasanya akan hilang dalam jangka waktu 1-2 hari.
    3. Tidak dapat dipasang dan dikeluarkan oleh anda sendiri, namun memerlukan bantuan petugas terlatih. Dalam hal ini adalah bidan atau dokter.
    4. Ada kemungkinan IUD bisa keluar dengan sendirinya dari rahim. Hal ini biasanya terjadi pada pasien yang baru saja melahirkan dan segera dilakukan pemasangan IUD. Selain itu, posisi IUD di dalam rahim juga dapat mempengaruhi apakah IUD dapat terlepas atau tidak. Namun kejadian ini sangat langka. Hanya 1 orang yang gagal dari 1000 orang yang dipasangi IUD.
    5. IUD tidak mencegah kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan, karena IUD ini hanya mencegah kehamilan normal.
    6. Anda harus memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu. Untuk melakukan pemeriksaan ini, anda harus memasukkan jari anda ke dalam vagina. Sebagian perempuan tidak mau melaksanakan ini.


Contoh kasus keluhan dari klien yang menggunakan IUD :
  • Beberapa kasus mencatat bahwa para suami mengeluh bahwa terdapat gangguan pada saat berhubungan. Ini dapat dijelaskan bahwa benang IUD itu sebenarnya tidak boleh terlalu panjang dan keluar dari rahim. Pada kasus keluhan tersebut, benang IUD rupanya terlalu panjang dan menggantung pada lubang vagina (liang sanggama), akibatnya benang tersebut akan ‘tersentuh’ oleh suami. Inilah yang menyebabkan gangguan pada saat pasien dan pasangannya sedang melakukan koitus. Pada kasus ini sebaiknya pasien cukup mendatangi bidan atau dokter yang memasangkan IUD. Ceritakan keluhan yang dirasakan oleh suami. Untuk mengatasi masalah ini petugas medis akan melipat benangnya ke dalam rahim, sehingga benang tidak keluar dari rahim.

2.6              Persyaratan Pemakaian
  1. Alat kontrasepsi IUD tidak boleh digunakan oleh wanita yang memiliki kriteria sebagai berikut, yaitu :
  • Wanita yang mempunyai infeksi pelvis.
  • Wanita yang sedang menderita Penyakit Hubungan Seksual (PHS, AIDS, Gonore,Klamidia).
  • Wanita dengan banyak partner selama 3 bulan terakhir.
  • Wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat reproduksi lainnya (ovarium, endometrium).
  • Wanita dengan penyakit trofoblast ganas ( Mola, Koriokarsinoma) atau TBC pelvik.
  • Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
  • Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servisitis).
  • Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita abortus septic.
  • Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
  • Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.

  1. Alat kontrasepsi IUD boleh digunakan oleh wanita yang memiliki kriteria sebagai berikut, yaitu :
ü  Usia reproduktif.
ü  Keadaan nulipara.
ü  Mengiginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
ü  Menyusui mengiginkan menggunakan kontrasepsi.
ü  Risiko rendah dari IMS.
ü  Tidak menghendaki kontrasepsi hormonal.
ü  Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
  1. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan misalnya :
  • Perokok
    • Paska keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak telihat adanya infeksi.
    • Sedang memakai antibiotika atau antikejang.
    • Gemuk ataupun yang kurus.
    • Sedang menyusui.
  1. Begitu juga Ibu dalam keadaan seperti di bawah ini :
  • Penderita tumor jinak payudara.
  • Penderita kanker payudara.
  • Pusing-pusing, sakit kepala.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Varises ditungkai atau di vulva.
  • Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR).
  • Pernah menderita stroke, Penderita diabetes.
  • Penderita penyakit hati atau empedu.
  • Penyakit tiroid.
  • Epilepsi.
  • Nonpelvik TBC.
  • Setelah kehamilan ektopik.
  • Setelah pembedahan pelvik.
Catatan : semua keadaan tersebut sesuai dengan kriteria WHO.
2.7              Waktu Penggunaan IUD
  1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
  2. Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
  3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Perlu di ingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pascapersalinan.
  4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
  5. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

2.8              Cara penggunaan dan instruksi pemakaian kontrasepsi IUD
  1. Memberi salam sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri.
  2. Anamnesa.
  3. Konseling pra pemasangan AKDR/IUD.
  4. Beri penjelasan pada ibu tindakan yang akan dilakukan dan beri dukungan mental agar ibu tidak cemas.
  5. Mengisi formulir informed consent.
  6. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan : Sarung tangan steril 2 pasang, duk steril 1 buah, ring tang 1 buah, spekulum 2 buah, penster klem 1 buah, tenakulum 1 buah, sonde uterus 1 buah, gunting benang 1 buah, 2 buah kom untuk larutan DTT dan Betadine, Kassa, Kapas, Larutan klorin, Celemek, Tempat sampah, Bengkok, Lampu sorot/ senter, meja gynekolog, AKDR/IUD dalam kemasan.
  7. Pastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan mencuci kemaluannya menggunakan sabun.
  8. Memasang sampiran, mengatur posisi klien secara litotomi pada meja gynekology lalu pasangkan perlak.
  9. Memakai celemek
  10. Mencuci tangan dengan sabun desinfektan dan bilas di bawah air mengalir kemudian keringkan dengan handuk.
  11. Menyiapkan kembali peralatan, membuka semua peralatan.
  12. Memakai sarung tangan steril, memasangkan duk steril di bawah bokong ibu
  13. Melakukan inspeksi alat kelamin luar untuk memeriksa adanya ulkus, pembengkakan kelenjar bartholini.
  14. Melakukan vulva higine.
  15. Memasukkan spekulum untuk memeriksa keadaan portio dan sekitarnya, adanya cairan vagina, servicitis.
  16. Mengusap portio dengan kapas betadine menggunakan penster klem.
  17. Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi miring, lalu rendam di larutan klorin.
  18. Lakukan periksa dalam sambil tangan sebelah menekan di atas simphisis untuk  mengetahui adanya nyeri goyang atau nyeri tekan.
  19. Bersihkan sarung tangan, lalu lepaskan dan masukkan dalam larutan klorin.
  20. Mencuci tangan kembali.
  21. Membuka kemasan AKDR/IUD.
  22. Memakai sarung tangan steril kedua.
  23. Memasang spekulum yang kedua, mengusap kembali portio dengan kapas betadine menggunakan penster klem.
  24. Menjepit portio dengan posisi jam 11 atau jam 1.
  25. Memasukkan sonde uterus secara perlahan-lahan untuk mengukur kedalaman uterus. Ada 3 cara, yang pertama dengan melihat lendir serviks yang ada pada sonde uterus, yang kedua dengan menggunakan penster klem, dan yang ketiga dengan menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan perlahan sampai ujung portio.
2.9              Pencabutan AKDR
v  Kapan AKDR dapat dikeluarkan
  1. Bila ibu menginginkannya.
  2. Bila ibu ingin hamil.
  3. Bila terdapat efek samping yang menetap atau masalah kesehatan lainnya.
  4. Pada akhir masa efektif dari AKDR. Misalnya TCu 380A harus dikeluarkan sesudah 8 tahun terpasang.
  5. Untuk mengeluarkan/mencabut AKDR ibu harus kembali keklinik. Kesuburan atau fertilitas normal segera kembali sesudah AKDR dicabut. Jika ibu tidak ingin hamil, maka AKDR yang baru dapat segera dipasang (BKKBN, 2002).
v  Cara Pencabutan AKDR
  1. Memberi salam, sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri.
  2. Anamnesa.
  3. Konseling pra pencabutan.
  4. Mengisi formulir informed consent.
  5. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan : Sarung tangan steril 2 pasang, duk steril 1 buah, ring tang 1 buah, spekulum 2 buah, penster klem 1 buah, tenakulum 1 buah, 1 buah tang buaya/aligator (Pencabut AKDR/IUD), 2 buah kom untuk larutan DTT dan Betadine, Kassa, Kapas, Larutan klorin, Celemek, Tempat sampah, Bengkok, Lampu sorot/ senter, meja gynekolog.
  6. Pastikan ibu telah mengosongkan kandung kemih dan mencuci kemaluannya menggunakan sabun.
  7. Memasang sampiran, mengatur posisi klien secara litotomi pada meja gynekology lalu pasangkan perlak.
  8. Mencuci tangan, memakai sarung tangan steril, pasangkan duk steril di bawah bokong ibu.
  9. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk memastikan gerakan serviks, memastikan tidak ada infeksi atau tumor.
  10. Memasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
  11. Mengusap vagina dan serviks dengan kassa betadine menggunakan penster klem.
  12. Menarik benang AKDR/IUD yang tampak dengan tang buaya/aligator (pencabut) secara mantap dan hati-hati untuk mengeluarkan AKDR/IUD.
  13. Tunjukkan AKDR/IUD tersebut pada ibu kemudian rendam dengan larutan klorin.
  14. Keluarkan spekulum.
  15. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai ke dalam larutan klorin.
  16. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dapat dipakai lagi.
  17. Lepaskan sarung tangan lalu rendam di larutan klorin.
  18. Cuci tangan.
  19. Amati klien selama 5 menit sebelum diperbolehkan pulang.
  20. Diskusikan apa yang harus dilakukan bila klien mengalami masalahMinta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan.
  21. Jawab semua pertanyaan klien.
  22. Catat semua tindakan di rekam medik tentang pencabutan.

h.       Sterilisasi
Cara kontrasepsi ini bersifat permanent. Konsepnya saluran telur pada wanita, disumbat dengan cara diikat, dipotong atau dibakar. Sterilisasi pada wanita ini juga bisa dilakukan dengan pengangkatan rahim. Sedangkan pada kaum pria, sterilisasi dilakukan dengan cara memotong saluran sperma. Tetapi ada persyaratan khusus bagi wanita yang ingin melakukan kontrasepsi jenis ini. "Amanya jumlah umur dikali jumlah anak harus minimal seratus. Misalnya, Anda telah berusia 35 tahun dan telah memiliki tiga anak. Lalu kalikan 35 x 3 = 105. Hasil ini dapat diartikan sebagai kondisi aman. Untuk itu jika Anda ingin jalani kontrasepsi, sebaiknya usia anak bungsu Anda telah melewati masa balita. hal ini sekedar berjaga-jaga jika suatu saat Anda masih berniat untuk hamil kembali.
EFEKTIF: Pilihan kontrasepsi ini paling cocok bagi wanita yang memang bertekad bulat tak ingin punya anak lagi.
Kontrasepsi mantap atau biasa disebut sterilisasi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria. Kontrasepsi mantap ini merupakan suatu metode kontrasepsi permanen yang dilakukan terhadap saluran telur wanita (sterilisasi) atau saluran bibit pria (vasektomi) sehingga dapat  enghalangi pertemuan ovum dan sperma dan dapat mencegah terjadinya kehamilan.
Kontrasepsi mantap pada umumnya bersifat permanen walau juga terdapat
beberapa teknik yang memungkinkan rekanalisasi saluran tuba atau vas deferen.
Untuk angka keberhasilan kontrasepsi ini cukup tinggi dan angka kegagalannya
rendah sehingga kontap merupakan salah satu jenis kotrasepsi pilihan.
Tubektomi
Defenisi :
Tubektomi merupakan suatu tindakan memotong atau menutup salura tuba
falopi sehingga memutuskan jalur pertemuan ovum dan sperma.
Indikasi:

Pada awal perkembangannya tubektomi atau biasanya dikenal dengan sterilisasi dilakukan terutama atas indikasi medik, seperti kelainan jiwa, kemungkinan kehamilan yang dapat membahayakan jiwa ibu, atau penyakit
keturunan. Namun seiring dengan terjadinya peledakan jumlah penduduk dunia, konsep tersebut telah berubah, dan sekarang kontap merupakan salah satu upaya pembatasan jumlah anak.
Waktu pelaksanaan tubektomi:
  • Masa interval : selesai haid
  • Pasca persalinan : sebaiknya sebelum 24 jam dan selambat-lambatnya 48 jam pasca persalinan. Jika lewat dari 48 jam maka tindakan tubektomi akan dipersulit oleh udem tuba, infeksi sehingga dapat mengakibatkan kegagalan sterilisasi.. jika dilakukan 7-10 hari pasca persalinan maka uterus dan alat-alat genital lainnya telah mengecil dan operasi menjadi lebih sulit dilakukan mudah berdarah dan infeksi..
  • Pasca keguguran (post abortum) : sesudah terjadi abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi.
  • Waktu operasi membuka perut: setiap operasi yang dilakukan dengan membuka perut perlu dipikirkan apakah sudah ada indikasi untuk sterilisasi.
Cara sterilisasi saluran telur.
a. Dengan memotong saluran telur (tubektomi)
1. Cara Pomeroy
Teknik :
- Cari tuba lalu diangkat pada pertengahannya sampai membentuk
lengkungan, dasarnya diklem.
- Bagian di bawah klem diikat dengan benang dari bahan yang bisa
diserap oleh darah crhomic cut gut no. 0 atau no.1
- Lakukan pemotongan (tubektomi) bagian atas ikatan.
- Setelah luka sembuh dan benang ikatan diserap, kedua ujung
potongan akan berpisah satu dan lainnya.
Teknik sterilisasi menurut Pomeroy ini disukai dan banyak dilakukan
dibanding teknik yang lain. Angka kegagalannya adalah 0-0,4%.
2. Cara Kroener
Teknik :
- Cari tuba lalu angkat pada fimbrie dengan klem
- Buat dua ikatan dengan benang sutera, satu pada bagian avaskular
mesosalping dibawah fimbriae dengan dua kali lilitan, sebuah lagi
pada bagian proksimal dari ikatan pertama.
- Lakukan fimbriektomi pada ujung yang tidak diikat.
Teknik ini kegagalannya sangat kecil bahkan tidak akan terjadi
kegagalan namun kurang disukai karena bisa mengakibatkan
perdarahan fungsional karena adanya gangguan inervasi dan sirkulasi
indung telur.
3. Cara Irving
Teknik :
- Tuba diikat pada dua tempat dengan benang yang dapat diserap cat
gut crhomic no. 0 atau 00, lalu dilakukan tubektomi diantara kedua
ikatan.
- Dibuat insisi kecil kedalam miometrium di sudut tuba fundus uteri.
- Ujung proksimal dibenamkan ke dalam insisi miometrium tadi.
- Ujung bagian distal bisa juga dibenamkan ke ligamentum latum.
Teknik Irving ini hanya bisa dilakukan pada laparatomi besar seperti
seksio sesarea.
4. Cara Uchida
Teknik:
- Tuba dicari dan dikait keluar, pada sekitar ampula tuba disuntikkan
larutan saline-adrenalin subserosa sebagai vasokonstriksi dan
menyebabkan mesosalping gembung.
- Lakukan insisi kecil di daerah ini, bebaskan serosa sepanjang 4-6
cm sampai tuba terlihat kemudian klem
- Tuba diikat kemudian dipotong
- Luka pada serosa dijahit sedemikian rupa pada ujung tuba yang
menonjol ke arah rongga perut.
Teknik ini angka kegagalannya kecil. Sterilisasi dilakukan dalam masa
pasca persalinan 24-48 jam pasca persalinan dengan keuntungan teknik
sederhana dan luka jahit kecil.
b. Cara menjepit saluran telur
1. Pemasangan cincin falope ( yoon ring ) terbuat dari silikon.
Teknik:
Bagian ismus tuba ditarik dan cincin dipasang pada bagian tuba
tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-putihan
oleh karena tidak mendapat suplai darah dan akan menjadi fibrotik.
Pemasangan cicin falope dapat dilakukan pada laparatomi mini,
laparoskopi, atau dengan laprokator.
2. Pemasangan klip.
Teknik :
Klip yang digunakan klip yang memberikan kerusakan minimal
pada tuba sehingga memungkinkan dilakukan rekanalisasi.
klip Filshie mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba
yang udem.
5. Cara elektro koagulasi dan pemutusan saluran telur
Banyak digunakan pada tubektomi laparoskopik.
Teknik : dengan memasukkan grasping forceps melalui laparoskop.
- Tuba dijepit Kira-kira 2 cm dari kornu
- Kemudian angkat tuba menjauhi uterus dan alat-alat panggul
lainnya, lakukan kauterisasi.
- Tuba terbakar >1cm ke proksimal dan distal. Mesosalping terbakar
sejauh 2cm. Saat kauterisasi tuba terlihat putih, menggembung lalu
putus.
Sterilisasi Endoskopi
Endoskop merupakan alat untuk melihat bagian dalam tubuh dengan
sumber cahayaoptik seperti senter. Endoskop yang dimasukkan ke dalam rogga
perut melalui insisi kecil disebut Laparoskopi, yang dimasukkan melalui forniks
posterior disebut kuldoskopi, yang dimasukkan ke dalam rongga rahim disebut
histeroskopi, yang dimasukkan ke dalam vagina (kolpos) disebut kolposkopi,yang
dimasukkan ke dalam kandung kemih disebut sistoskopi.
Sterilisasi pada wanita memakai alat endoskop disebut sterilisasi
endoskopi, terdiri atas:
1. Sterilisasi Kuldoskopi
Teknik:
- Vagina dibersihkan denga larutan antiseptik betadin
- Buka denga spekulum sehingga lapangan operasi terbuka, lakukan
sayatan kecil pada forniks posterior atau dipungsi
- Masukkan alat kuldoskopi dan lihat rongga pelvis.
- Setelah tuba diidentifikasi, masukkan cunam penangkap ( grasping
forcep), melalui luka sayatan untuk meneluarkan tuba,
- Kemudian tuba diikat, dipotong atau ditutup sesuai cara sterilisasi
tuba.
- Kembalikan tuba pada tempatya,lakukan pada tuba ke dua.
Kontraindikasi mutlak kuldoskopi:
- peradangan dalam rongga panggul
- Peradangan liang sanggama
- Kavum dauglasi tidak bebas
- Kelainan adneksa patologik
- Penyakit kardiovaskuler berat
Kontraindikasi relatif:
- Obesitas berlebihan
- Bekas laparotomi
2. Sterilisasi Laparoskopi
Laparoskopi adalah cara visualisasi rongga perut dan panggul melalui
insisi kecil pada perut setelah dibuat pneumoperitonium.
Teknik laparoskopi:
- Akseptor dibaringkan dalam posisi tredelenburg agar usus
terdorong keatas, rongga panggul bebas,
- Lakukan insisi melintang di lipat bawah pusat kira-kira 1 cm.
- Buat pneumo peritoneum dengan emasukkan gas 1-3 liter.
- Masukkan trokar secara hati-hati sampai menembus fasia dan
peritoneum, kemudian trokar dilepas, pasang laparoskop.
- Dengan menggerakkan manipulator uterus dari bawah da
eksplorasi akan
3. Sterilisasi mini laparotomi
Prinsip operasi : suatu cara operasi kecil untuk mencapai saluaran telur
melalui sayatan mini 1-2 cm di dinding perut.
Saat operasi minilap: pasca persalinan, pasca keguguran dan masa interval.
Lokasi sayatan:
- Dibawah lipatan pusat atau di atas lipatan pusat pada pasca
persalinan dinii.
- Diliea alba pada postpartum dalam 24-48 jam sedang rahim mulai
agak mengecil.
- Suprapubik pada masa interval dan pasca keguguran.
Teknik mini laparotomi
1. Calon aseptor yang sudah dipuasakan 6-8 jam sebelum tindakan diminta
berbaring. Lakukan antisepsis lapangan operasi sekitar pusat. Tutup
dengan kain steril berlobang ditengahnya.
2. Anestesi umum dengan anestesi lokal dengan lidokain.
3. Dengan posisi operator di kiri calon akseptor dan asisten di kanan, buat
insisi kecil sepanjang 2cm setinggi fundus. Kulit disayat melintang sampai
terlihat fasia. Fasia dijepit dengan 2 klem arteri, disayat melintang sampai
hampir menembus peritonium. Tembus sekaligus dengan gunting
bengkok. Lalu lebarkan lubangnya dengan jari telunjuk dan sebuah tang
tampon.
4. Jika fundus di bawah pusat pada pada hari 3-5 post partus, lakukan insisi
mediana setinggi fundus uteri sepanjang 1-2 cm. Tembus kulit perut
dengan pisau, potong lemak dengan gunting mayo sampai fasia otot rektus
abdominis. Lanjut dengan menyayat otot dan peritoneum, jepit peritoneum
lalu potong denga pisau pasang retraktor abdomen.
5. Tampilkan tuba dengan menarik retraktor ke arah tuba yang akan dicapai
dengan mendorog uterus da tuba dengan jari lewat lubang sayatan. Jepit
tuba tarik perlahan keluar lubang.
6. Jepit 1/3 bagian proksimal tuba dengan klem Babcock, angkat sampai
melipat. Ikat dasar lipatan dengan catgut no. 0 atau Dexon no. 0 masingmasing
pada lumen kiri dan kanan. Potog bagian di atas ikatan.
Kembalikan kedalam rongga perut.
7. Tutup peritoneum dengan jahitan jelujur cat gut no.00 dan kulit denga 1-2
jahitan sutera atau cutgut no.00 subkutis.
Komplikasi minilap:
a. perforasi rahim
b. ruptur vesika urinaria
c. trauma usus
d. infeksi lokal pada luka operasi.
e. Robekan pada mesosalping.
Vasektomi
Defenisi :
Vasektomi adalah tindakan memotong dan menutup saluran sperma
(vasdeferens) yang menyalurkan sperma keluar dari testis.
Vasektomi telah dikenal sejak lama. Pada abad 19 para ahli bedah telah melakukan vasektomi untuk tujuan pengobatan, seperti mencegah infeksi dari
kelenjar prostat atau hipertrofi kelenjar prostat. Di Indonesia vasektomi sebagai salah satu pilihan jenis kontrasepsi masih belum begitu digalakkan . Hal ini disebabkan masih adanya anggapan vasektomi sama dengan dikebiri.
Indikasi:
1. untuk tujuan kontrasepsi yang bersifat permanen
2. untuk tujuan pengobatan supaya mencegah terjadinya epididitimis
Teknik Vasektomi
Penutupan vas deferens dapat dilakukan dengan beberapa cara:
- diikat (ligasi)
- dipotong(vasektomi)
- pakai cincin
- pakai badan

Prosedur tindakan vasektomi:
1. Rambut kemaluan dicukur dan dibersihkan
2. Desinfeksi kulit skrotum dan daerah operasi.
3. Daerah operasi yang sudah suci hama ditutupdengan kain steril berlobang
ditengahnya.
4. Palpasi dan cari vas deferens pada kantong skrotum, lalu fiksir dengan jari.
5. Beri anestesi local pada daerah operasi.
6. Lakukan sayatan kira-kira 1-2 cm
7. Bebaskan jaringan sekitarnya, tangkap vas deferens tersebut.
8. Tarik kira-kira sampai pada batas yang akan dipotong.
9. Lakukan vasektomi: pemotongan sekitar 1-2 cm vas deferens, lalu dijahit.
10. Luka operasi dijahit.
11. Berikan nasehat perawatan luka, jangan kena air selama kira-kira 1
minggu.
12. Berikan obat anti sakit dan antibiotik.
Post vasektomi pria tidak langsung menjadi steril, karena di dalam saluran
proksimal vasdeferens dan dalam vesikula seminalis masih terdapat ratusan juta
sperma. Karena itu sebelum pulang pasien diberikan 15 buah kondom, yang harus dipakai saat koitus.
Pria baru dikatakan steril biasanya setelah 10-15 kali ejakulasi, yang dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan analisa semen.
Komplikasi\
a. Komplikasi pasca bedah: – perdarahan, hematoma, rasa
nyeri, rasa pegal dan infeksi
b. Komplikasi jangka panjang: spermatic granuloma,
kemungkinan rekanalisasi.
Kegagalan vasektomi dapat terjadi akibat:
- Rekanalisasi spontan
- Salah pemotongan
- Jika terdapat duplikasi vas deferens.
- Akseptor bersenggama sebelum benar-benar steril.
Keuntungan Vasektomi:
- Teknik operasi kecil dan sederhana, bisa dilakukan setiap saat.
- Komplikasi yang ditemukan tidak terlalu berat.
- Efektifitas hampir 100%
- Biaya murah terjangkau masyarakat
- Bisa dilakukan operasi rekanalisasi
Kekurangan Vasektomi:
- cara ini tidak langsung efektif tapi memerlukan waktu sampai
sperma menjadi negatif dalam analisa semen.
- Walaupun pada prinsipnya dapat disambung kembali namun masih
banyak diperlukan tenaga terlatih untuk tindakan tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Wildan, Moh. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Setiyawati, Nanik. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.
Wiknjosastro, Hanifa. 1982. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Mahmudah, Laily. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC



Tidak ada komentar: